Tidak Lagi Secara Tradisional, Ini Cara Baru Orang Jepang Menguburkan Anggota Keluarga

14 November 2023, 12:20 WIB
Penutupan makam di Jepang. Semakin banyak orang Jepang yang memilih untuk menutup makam keluarga mereka secara permanen karena struktur keluarga tradisional terus berubah /The Japan TImes

ZONABANTEN.com - Di tengah krisis populasi Jepang, jumlah makam yang dilaporkan ditutup di Jepang semakin meningkat. Orang-orang di Jepang mengatasi masalah ini dengan melakukan pemakaman kembali. Permasalahan ini merupakan dampak dari berkurangnya struktur keluarga tradisional, serta adanya urbanisasi di mana banyak orang yang pindah dari kampung halaman mereka. 

Akibatnya, semakin banyak penduduk Jepang yang tidak lagi menguburkan anggota keluarga secara tradisional, yakni di mana satu nisan menyimpan abu jenazah leluhur dari beberapa generasi.

Hal tersebut memicu bisnis baru dengan memanfaatkan keberagaman cara orang Jepang memberikan penghormatan kepada orang yang telah meninggal, seperti Toshihide Matsumoto yang menutup makam keluarganya secara permanen pada bulan Juni.

Sepuluh leluhur dari pria berusia 65 tahun yang berasal dari Prefektur Hyogo ini, termasuk saudara perempuan dan ayahnya, dimakamkan di pemakaman lokal di kota Himeji.

Makam tersebut sudah menjadi milik keluarganya selama berabad-abad, tetapi ia memutuskan untuk menutup makam tersebut pada awal tahun ini.

Baca Juga: Pria Lansia di Jepang Terbukti Mendorong Istrinya ke Laut dan Membiarkannya Tenggelam

“Ibu saya biasanya merawat makam ini, tetapi setelah dia mengalami cedera pada tahun 2019, dia tidak bisa menjaganya lagi,” katanya.

“Dia setuju dengan ide untuk menutup makam, dan karena saya tidak ingin membebani anak saya di masa depan, saya membuat keputusan untuk menutupnya di sini dan saat ini juga.”

Istri Matsumoto meninggal pada tahun 2018, sedangkan saat ini ibunya yang berusia 90 tahun berada di panti jompo.

Anak tunggal perempuan Matsumoto pun tinggal jauh di Tokyo, sehingga ia khawatir bahwa setelah dia pergi, tidak akan ada yang merawat makamnya.

Melihat makam orang lain yang ditutup membuat Matsumoto merasa sedih, dan dia memutuskan bahwa untuk mencegah makam keluarganya menghadapi nasib yang sama.

Setelah berdiskusi dengan layanan konsultasi penutupan makam dan persetujuan dari keluarganya yang masih hidup, Matsumoto memutuskan untuk memilih layanan pemakaman di laut, menebarkan abu leluhur dan istrinya di laut pada awal tahun mendatang.

Baca Juga: Korban di Tempat Penitipan Anak Makin Banyak, Kali Ini Direktur di Jepang Cekoki Makanan ke Anak 2 Tahun

Meskipun tidak ada data publik yang menunjukkan jumlah kasus penutupan makam, jumlah pemakaman kembali seperti abu jenazah yang dipindahkan, dikumpulkan setiap tahun oleh pemerintah.

Menurut angka terbaru, telah terjadi peningkatan yang signifikan dalam kasus pemakaman kembali selama beberapa tahun terakhir.

Selama tahun 2000-an, jumlahnya sekitar 60.000 hingga 70.000 per tahun.

Kemudian, angka tersebut secara konsisten melampaui 100.000 sejak tahun 2017, dengan laporan terbaru dari tahun 2022 menunjukkan bahwa ada lebih dari 150.000 kasus pada tahun tersebut.

Pada pemakaman kembali, pihak keluarga harus memutuskan apakah mereka ingin meneruskan makam dalam bentuk yang berbeda dengan memindahkan abu jenazah ke tempat yang lebih nyaman, atau dipindahkan ke makam baru di kota yang berbeda, atau di tempat pemakaman keluarga. 

Mereka juga dapat memilih untuk menutup makam tersebut, dengan cara menaburkan abu ke laut atau memindahkannya di tempat penyimpanan abu.

Saat ini, nisan tradisional pun semakin banyak ditinggalkan, disebabkan oleh faktor seperti mahalnya membeli sebidang tanah baru untuk makam dan dengan berkembangnya pengetahuan tentang berbagai pilihan bentuk pemakaman.***

Editor: Dinda Indah Puspa Rini

Sumber: The Japan Times

Tags

Terkini

Terpopuler