Mengejutkan! Tak Hanya SMA, Siswa SD dan SMP di Jepang Juga Melakukan Bunuh Diri

5 Juni 2023, 08:35 WIB
Ilustrasi Siswa SD di Jepang sedang bermain tenis. Dari data yang diumumkan, siswa SD dan SMP di Jepang juga melakukan bunuh diri. /Pixabay/Michelle_Maria

ZONABANTEN.com -  Pada Selasa, 14 Maret lalu, Kementerian Kesehatan Jepang mengumumkan bahwa berdasarkan data tahun 2022 milik Badan Kepolisian Nasional, sebanyak 514 siswa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jepang melakukan bunuh diri. 

Jumlah total kasus bunuh diri untuk semua usia adalah 21.881 kasus, naik 874 dari tahun 2021 dan merupakan peningkatan pertama dalam dua tahun terakhir di Jepang setelah adanya pandemi virus Corona.

Angka tersebut juga merupakan angka tertinggi sejak Kementerian Kesehatan Jepang mulai melacak statistik pada tahun 1980.

Berdasarkan kelompok usia, sebanyak 17 anak SD bunuh diri, begitu juga dengan 143 siswa SMP, dan 354 siswa SMA. 

Dari sebuah studi terbaru, 13 persen siswa SD hingga SMA di Jepang memiliki kecenderungan depresi yang membutuhkan perhatian medis pada bulan Oktober lalu akibat dampak pandemi virus corona.

Baca Juga: Alasan Anies Baswedan Nonton Jakarta E-Prix 2023 dari Grand Stand 2E

Survei ini menemukan bahwa 13 persen dari responden memiliki gejala sedang hingga lebih parah yang memerlukan kunjungan ke rumah sakit.

Angka tersebut lebih besar 6 persen dari data yang terlihat pada tahun 2020 dan 11 persen pada tahun 2021, meskipun tingkat yang dicakup berbeda dalam survei sebelumnya.

Selain itu, jumlah kasus bunuh diri anak sekolah mencapai 499 pada tahun 2020, ketika pandemi virus corona dimulai. 

Kasus tersebut meningkat sampai 100 dari tahun sebelumnya, serta merupakan angka tertinggi pada saat itu. Angka tersebut menurun pada tahun 2021 menjadi 473.

Baca Juga: Hasil Skor Real Madrid vs Athletic Bilbao: 1-1, Benzema Pamit

Secara keseluruhan, jumlah laki-laki yang bunuh diri meningkat untuk pertama kalinya dalam 13 tahun terakhir menjadi 14.746 orang, meningkat 807 orang dari tahun sebelumnya. 

Jumlah kasus bunuh diri perempuan meningkat selama tiga tahun berturut-turut menjadi 7.135, naik 67 kasus dari tahun 2021. 

Jumlah kasus bunuh diri secara nasional telah mengalami penurunan setelah mencapai puncaknya sekitar 34.000 pada tahun 2003, tetapi berhenti turun setelah peningkatan pada tahun 2020.

Penyebab atau motif bunuh diri yang paling umum, dengan beberapa pilihan, adalah masalah kesehatan sebanyak 12.774, diikuti oleh masalah keluarga sebanyak 4.775, dan masalah ekonomi dan kehidupan sebanyak 4.697 kasus. 

Berdasarkan kelompok usia, mereka yang berusia 50-an tahun mengalami peningkatan terbesar, yaitu 4.093 kasus, naik 475 kasus dari tahun sebelumnya.

Baca Juga: Resmi! Karim Benzema Tinggalkan Real Madrid di Akhir Musim Ini

Berdasarkan prefektur, Yamanashi memiliki jumlah kasus bunuh diri tertinggi per 100.000 orang, yaitu 24,7, diikuti oleh Akita dengan 23,7 dan Miyazaki dengan 22,7.

Menurut kepala organisasi nirlaba yang berbasis di Tokyo, "Pusat Dukungan Pencegahan Bunuh Diri Life Link”, Yasuyuki Shimizu, telah terjadi peningkatan yang nyata dalam konsultasi dari anak-anak yang merasa tidak cocok di sekolah atau di rumah sejak merebaknya COVID-19.

Ia menambahkan bahwa peningkatan kasus bunuh diri pada anak bisa jadi terkait dengan penggunaan media sosial, menurutnya, "Mereka dapat dengan mudah didorong ke arah itu, karena hubungan sekolah mereka mengikuti mereka selama 24 jam sehari melalui media sosial."

Untuk mempromosikan langkah-langkah komprehensif melawan bunuh diri anak, ia mengatakan, "Penting untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi yang dimiliki oleh sekolah, institusi medis, dan polisi secara terintegrasi."

 

"Orang dewasa harus lebih memperhatikan anak-anak lebih dari biasanya dan mendengarkan mereka," kata kepala Departemen Kedokteran Sosial, Naho Morisaki.  *** 

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: The Mainichi

Tags

Terkini

Terpopuler