Negara Barat Dibuat Takut dan Khawatir Usai Vladimir Putin Siagakan Tinggi Senjata Nuklir

28 Februari 2022, 11:49 WIB
Vladimir Putin/PIXABAY (DimitroSevastopol) /

ZONABANTEN.com - Invasi dan serangan Rusia ke Ukraina dikatakan meningkat hingga negara Barat dibuat khawatir usai Presiden Rusia siagakan senjata paling mematikan.

Vladimir Putin memerintahkan pasukan negaranya, termasuk senjata nuklir yang dikatakan mematikan disiagakan lebih tinggi yang mana hal itulah menjadi ancaman bagi negara Barat.

Tak hanya itu, Putin mengklaim bahwa negaranya saat ini tetap menjadi salah satu negara dengan senjata nuklir paling kuat dan memiliki keunggulan dalam beberapa senjata mutakhir.

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg juga mengatakan hal serupa bahwa Putin telah menempatkan senjata nuklir dalam siaga tinggi.

Hal inilah yang menyebabkan NATO bergerak meningkatkan pertahanan dengan mengaktifkan tentara NRF sebanyak 40.000 personel untuk pertama kalinya.

Baca Juga: Peringati Isra Miraj 2022, Gunakan 10 Pilihan Twibbon Berikut di Sosial Media

Seorang pejabat pertahanan Amerika Serikat mengatakan Putin melakukan hal berbahaya dan tidak perlu dengan menyiagakan senjata nuklir tersebut,

Ahli ungkap, ancaman itu memicu kekhawatiran bahwa Rusia akan menggunakan senjata nuklir jika situasinya meningkat dan secara langsung menarik Amerika Serikat yang dikatakan sama-sama memiliki kekuatan nuklir terbesar.

Saat ditanya terkait kekuatan nuklir yang dimiliki Amerika Serikat, pejabat dari negara itu tidak membahas spesifik terkait senjata yang dimiliki, namun mengatakan bahwa Amerika Serikat percaya diri pada kemampuannya.

Baca Juga: Prediksi Persela vs Bali United, BRI Liga 1: Susunan Line Up Pemain dan Klasemen, 01 Maret 2022

Dikutip dari situs The Hill, Rusia sendiri diketahui memiliki sekitar 4.477 hulu ledak untuk peluncur jarak jauh dan senjata nuklir taktis jarak pendek hampir 1.590, sehingga bisa jadi ancaman yang mematikan.

Semua itu dapat digunakan untuk rudal berbasis darat dan bom yang diluncurkan dari kapal selam.

Rusia juga dikatakan telah meningkatkan kemampuan nuklir dan latihan yang terhitung jumlahnya, termasuk simulasi peluncuran senjata nuklir.

Untuk menurunkan kemungkinan serangan nuklir, Amerika Serikat selama bertahun-tahun telah berusaha untuk menarik Rusia ke dalam negosiasi agar membatasi senjata jarak pendek tertentu, tetapi Rusia menolak.

Baca Juga: Disukai Banyak Orang, Begini Sejarah Souffle Cokelat, Pecinta Makanan Manis Harus Tahu

Kedua belah pihak memang memiliki kesepakatan untuk membatasi jumlah peluncur nuklir masing-masing negara, tetapi itu akan berakhir pada tahun 2026.

Negara-negara tersebut juga memiliki rencana untuk terlibat dalam pembicaraan lebih lanjut mengenai masa depan pengaturan penggunaan senjata yang dikenal sebagai Dialog Stabilitas Strategis, tetapi diskusi itu diragukan setelah keputusan Rusia untuk menyerang Ukraina.

"Satu kesalahan, satu salah tafsir atau salah salah perhitungan dapat meningkatkan potensi penggunaan nuklir," ujar Derek Johnson, pemimpin kelompok penghapusan nuklir internasional Global Zero.

Baca Juga: Selamat!! Pemain Squid Game Raih Tiga Penghargaan di SAG Awards

Sementara itu, Presiden AS, Joe Biden bersikeras tidak ada pasukannya yang akan berperang di Ukraina.

Ia hanya akan menerjunkan tentaranya ke lokasi di Eropa apabila negara-negara aliansi terkena dampak.***

Editor: Yuliansyah

Sumber: The Hill

Tags

Terkini

Terpopuler