Menyedihkan, 1 dari 3 Wanita Pernah Mengalami Kekerasan, Perempuan Muda Lebih Rentan

10 Maret 2021, 09:08 WIB
Ilustrasi kekerasan terhadap perempuan. /PIXABAY

ZONA BANTEN - Menurut data dari WHO, 1 dari 3 wanita secara global mengalami kekerasan.

Kekerasan yang dialami pun beragam, dari kekerasan secara fisik sampai kekerasan seksual.

Bila diangkakan, mencapai  sekitar 736 juta jiwa, mengalami kekerasan fisik atau seksual oleh pasangan intim atau kekerasan seksual dari orang asing.

Baca Juga: Tidak Semua Sehat, Tidur Siang Panjang Tanda Tidur Malam yang Kurang atau Ada Gangguan Tidur

Bila diakumulasikan, setiap decade jumlah kekerasan yang dialami wanita semakin tinggi dan tidak berkurang.

Yang lebih menyedihkan adalah fakta bahwa perempuan mengalami kekerasan sejak dini.

Menurut paparan WHO 1 dari 4 perempuan dengan rentan usia 15 – 24 tahun yang telah menjalin hubungan asmara pernah mengalami kekerasan yang dilakukan oleh pasangannya.

Baca Juga: 22 Manfaat Kesehatan Luar Biasa Dari Daun Pepaya

Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, bahkan menerangkan bahwa kekerasan terhadap perempuan mewabah di setiap negara dan budaya, menyebabkan kerugian bagi jutaan perempuan dan keluarga mereka, dan diperburuk oleh pandemi COVID-19. 

“Tapi tidak seperti COVID-19, kekerasan terhadap perempuan tidak bisa dihentikan dengan vaksin. Kami hanya dapat melawannya dengan upaya yang mengakar dan berkelanjutan - oleh pemerintah, komunitas, dan individu - untuk mengubah sikap yang merugikan, meningkatkan akses ke peluang dan layanan untuk wanita dan anak perempuan, serta membina hubungan yang sehat dan saling menghormati. ” ujar Dr. Tedros.

Kekerasan pasangan intim sejauh ini merupakan bentuk kekerasan paling umum terhadap perempuan secara global.

Baca Juga: KCBI Serukan Perempuan Indonesia Jaga Budaya Berkain Dan Etika Berbusana

Sekitar 6% wanita di seluruh dunia melaporkan telah dilecehkan secara seksual oleh orang lain selain suami atau pasangannya.

Tentu saja angka ini bukanlah angka pasti, berdasarkan stigma yang kurang menguntungkan pada korban pelecehan, WHO memperkirakan angka yang sebenarnya lebih besar dari 6%.

Meski angka-angka tersebut mengungkapkan tingkat kekerasan yang mengkhawatirkan terhadap perempuan, angka itu tidak mencerminkan dampak pandemi COVID-19 terhadap peningkatan kekerasan yang dialami oleh perempuan.

Baca Juga: Mudah! Begini Cara Meracik Proffee, Bisa Tingkatkan Kesehatan dan Memperkuat Massa Otot

WHO memperingatkan bahwa pandemi ini bahkan membuat kekerasan yang dialami perempuan semakin meningkat.

Tercatat bahwa perempuan mengalami Tindakan disekap, diganggu dan diperkosa lebih tinggi pada saat pandemi ini berlangsung.

“Sangat mengganggu bahwa kekerasan semakin tinggi dilakukan oleh pria terhadap wanita, tetapi juga yang terburuk bagi perempuan berusia 15-24 tahun ini juga termasuk kedalam golongan ibu muda. berbagai dampak COVID-19 telah memicu "pandemi bayangan" dari segala jenis kekerasan yang dilaporkan terhadap wanita dan anak perempuan, " ujar Direktur Eksekutif Wanita PBB Phumzile Mlambo-Ngcuka.

Baca Juga: Tips Beli Skuter Vespa Matic Bekas yang Aman, Cari yang Kunci Cokelat Bukan Kunci Biru

Diperkirakan 37% perempuan yang tinggal di negara miskin pernah mengalami kekerasan fisik dan atau seksual yang dilakukan oleh pasangan mereka.

WHO mencatat wilayah Oseania, Asia Selatan dan Afrika Sub-Sahara memiliki tingkat prevalensi kekerasan pasangan intim tertinggi di antara wanita berusia 15-49 tahun, berkisar antara 33% - 51%.

Angka terendah ditemukan di Eropa (16-23%), Asia Tengah (18%), Asia Timur (20%) dan Asia Tenggara (21%).

Baca Juga: Riset Mitigasi dan Penanganan Bencana dari LIPI dan Beberapa Alat Temuan LIPI yang Membantu Saat Bencana

Perepmpuan muda memiliki resiko lebih tinggi mengalami kekerasan secara seksual.

Di antara mereka yang pernah menjalin hubungan, tingkat kekerasan pasangan intim tertinggi (16%) dalam 12 bulan terakhir terjadi di kalangan remaja putri berusia antara 15 dan 24 tahun.

KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN HARUS DICEGAH

Kekerasan dapat berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan wanita sepanjang sisa hidupnya.

Hal ini terkait dengan peningkatan risiko cedera, depresi, gangguan kecemasan, kehamilan yang tidak direncanakan, infeksi menular seksual termasuk HIV dan banyak masalah kesehatan lainnya.

Baca Juga: Gagas Silicon Valley Berbasis Pedesaan, Budiman Sudjatmiko Dorong Presiden Jokowi Bentuk Komite Sains

 “Untuk mengatasi kekerasan terhadap perempuan, ada kebutuhan mendesak untuk mengurangi stigma seputar masalah ini, melatih profesional kesehatan untuk mewawancarai para penyintas dengan belas kasih, dan membongkar dasar-dasar ketidaksetaraan gender,” kata Dr. Claudia Garcia-Moreno dari WHO. “Intervensi dengan remaja dan remaja untuk mendorong kesetaraan gender dan sikap kesetaraan gender juga penting.”

Pendidikan mengenai seks dan penyalurannya yang benar harus dilakukan diusia yang pas. Untuk menghindari kekerasan secara fisik dan seksual, seluruh warga harus diedukasi bagaimana menjaga diri dan menahan nafsunya.***

Editor: Yuliansyah

Sumber: WHO

Tags

Terkini

Terpopuler