"Pertama berangkat ke bank BNI, pas mau bayar ternyata servernya down dan gak bisa bayar di BNI," cuit Saeful.
Karena itu, dia kemudian melanjutkan usahanya ke Bank Mandiri. Di sini dia ditolak, padahal sudah antri hampir 1 jam.
"Jadi abis dri BNI gw ke Bank mandiri setelah antri sekitar hampir 1 jam ternyata bank mandiri gak bisa nerima uang receh seribuan ini karna kata mereka gak ada alatnya buat ngitung (padahal bisa di itung manual)," cuit Saeful.
Artikel ini telah dimuat sebelumnya di Seputar Tangsel PRMN dengan judul Tanpa Potongan dan Tak Bisa Diangsur, Mahasiswa UIN Jakarta Bayar UKT Pakai Koin 17,5 Kg
Baca Juga: Yuk, Ikutan Kompetisi Foto #PahlawanDiMasaPandemi
Akhirnya karena sudah ke dua bank tidak berhasil, Saeful melanjutkan ikhtiarnya ke mini market. Usahanya berhasil di mini market.
Yah akhirnya setelah di tolak karna gak bisa nerima pihak bank nya gw harus tukerin dlu uang receh ini, tapi di luar hujan ????#UKTUINJKT
#RECEHUNTUKREKTORAT pic.twitter.com/7ZS3K74OY8— Anak Manusia (@hewanberbicara) August 13, 2020
"Karna tadi tukerin recehnya selesai sebelum jam 3 akhirnya otw ke bank lagi, dengan harapan masih buka bank nya, Tapi pas udh sampe bank nya pada tutup Terpaksa deh besok balik lagi," ujar Saeful di akun Twitternya.
Saeful mengungkapkan, ia tak ingat sejak kapan keluarganya punya kebiasaan receh itu.
Awalnya, adiknya yang iseng memasukkan koin seribuan ke botol air mineral kecil. Keisengan itu akhirnya diteruskan oleh kedua ortunya.
"Setiap ibu gw abis jualan gorengan keliling ada uang 1000 di masukin. Dan setiap ada yg isi angin pasti di masukin, dan kalau ada yg tambal ban juga di rumah pasti masukin uang seribuan, pokok nya 1 rumah kalau ada uang 1000 logam harus di masukin ke botol, bapak ibu sering bngt ngingetin buat kumpulin receh itu," cuit Saeful.