Peristiwa Supersemar pada 11 Maret, Sejarah Indonesia yang Masih Belum Terungkap Kebenarannya

- 10 Maret 2023, 14:30 WIB
Sejarah dan beberapa teori tentang Supersemar
Sejarah dan beberapa teori tentang Supersemar /kubutambahan.bulelengkab.go.id

Beberapa menteri ada yang menginap di istana untuk menghindari demonstrasi di Jakarta. Hanafi juga turut hadir pada sidang itu bersama Wakil Perdana Menteri, Chaerul Saleh.

Menurutnya, ketiga jenderal itu alah yang pergi ke Istana Bogor untuk menemui Presiden Soekarno yang berangkat ke sana terlebih dahulu.

Mereka bertolak dari istana yang sebelumnya, dari Istana Merdeka Amir Machmud menelepon Komisaris Besar Soemirat, pengawal pribadi Presiden Soekarno di Bogor, meminta izin untuk datang ke sana.

Ketiga jenderal itu datang dengan baik-baik dan sudah membawa satu teks yang saat ini disebut Supersemar, tetapi di luar istana sudah dikelilingi demonstrasi dan tank.

Dengan situasi tersebut, Presiden Soekarno akhirnya menandatangani surat itu. Jadi, sepengetahuan A.M. Hanafi, Brigjen M. Panggabean tidak ke Istana Bogor.

Baca Juga: Biografi Presiden Ke-2 Republik Indonesia, Jenderal Soeharto

4. Teori lain tentang siapa yang sebenarnya mengetik naskah Supersemar, masih belum diketahui. Ada beberapa orang yang mengaku sebagai pengetik Supersemar, salah satunya (Purn) TNI AD Ali Ebram, yang saat itu menjabat sebagai staf Asisten I Intelijen Resimen Tjakrabirawa.

5. Ada juga kesaksian dari seorang tentara yang pernah bertugas di Istana Bogor, kepada sejarawan asing, Ben Anderson.

Menurut tentara itu, Supersemar diketik di atas surat dengan kop Markas Besar Angkatan Darat, bukan kop kepresidenan. Itulah yang membuat Ben beranggapan bahwa Supersemar hilang atau sengaja dihilangkan.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) untuk mendapatkan kebenaran dari Supersemar ini.

Halaman:

Editor: Dinda Indah Puspa Rini

Sumber: kubutambahan.bulelengkab.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x