Akhirnya, pada 14 Februari 1945 pukul 03.00 WIB, pasukan PETA menyerang Hotel Sakura, kediaman para perwira militer kekaisaran Jepang.
Sayangnya, aksi tersebut dihalau oleh penjajah dengan memanfaatkan pasukan pribumi yang tidak terlibat PETA. Soeprijadi, pemimpin pemberontakan ini, dinyatakan hilang.
Namun, ada satu pemimpin di lapangan yang selama ini dilupakan oleh sejarah adalah Muradi, ia tetap bersama dengan pasukannya hingga saat terakhir.
Baca Juga: Sejarah Pemberontakan PETA yang diperingati Setiap 14 Februari, Simak Kronologinya!
Hingga akhirnya, pada 16 Mei 1945 diadili dan dihukum mati dengan hukuman penggal sesuai dengan hukum militer Tentara Kekaisaran Jepang di Everald yang sekarang menjadi Ancol.
Di luar pemberontakan dahsyat itu, untuk pertama kalinya, Bendera Merah Putih dikibarkan oleh Partohardjono, anggota pasukan Soeprijadi.
Partohardjono mengibarkan Sang Merah Putih di tiang bendera yang berada di seberang asrama PETA.
Kini, tiang bendera itu berada di dalam kompleks TMP Raden Widjaja, yang dikenal pula dengan Monumen Potlot.
Sementara itu, untuk mengenang jasa para pejuang PETA, maka dibangunlah Monumen PETA di Blitar, pada tahun 1998.***