Kisah Pemberontakan Peta, Pemimpinnya Dinyatakan Hilang dalam Peristiwa

- 14 Februari 2022, 11:27 WIB
Sejarah Pemberontakan PETA hingga Hilangnya Supriyadi
Sejarah Pemberontakan PETA hingga Hilangnya Supriyadi /Tangkap layar YouTube/Hikayat Ilmu

ZONABANTEN.com - Tanggal 14 Februari biasanya lebih dikenal dengan Hari Valentine, di mana orang-orang mengungkapkan rasa cintanya kepada yang tersayang.

Tanggal 14 Februari merupakan hari dimana orang-orang mengungkapkan rasa kasih sayang.

Namun, ada peristiwa penting lainnya yang terjadi di 14 Februari, yautu Hari Peringatan Pemberontakan PETA.

PETA atau Pembela Tanah Air merupakan Tentara Sukarela Pembela Tanah Air, di mana pemberontakannya terjadi di Blitar  pada 14 Februari 1945.

Baca Juga: Ramaikan Hari Peringatan PETA 2022 dengan Twibbon Berikut, Lengkap dengan Cara Memasangnya

Pemberontakan tersebut dipimpin oleh ‘Shodancho’ Soeprijadi yang saat itu melawan pasukan Jepang.

PETA dibentuk oleh Jepang di Indonesia dengan tujuan sebagai tentara teritorial untuk mempertahankan pulau Jawa, Bali, dan Sumatera jika pasukan sekutu tiba.

Tentara PETA dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943, dilandasi peratiran Osamu Seirei No. 44 yang diumukan oleh Panglima Tentara ke-16, Letnan Jenderal Kumakichi Harada.

Terjadinya pemberontakan bermula ketika para komandan merasa iba melihat penderitaan rakyat Indonesia yang diperbudak oleh Jepang dengan melakukan Romusha.

Baca Juga: Pria China Ini Diculik Saat Masih Kecil, Bisa Kembali Ke Rumah Karena Menggambar Peta Desa Dari Ingatannya

Akhirnya, pada 14 Februari 1945 pukul 03.00 WIB, pasukan PETA menyerang Hotel Sakura, kesiaman para perwira militer kekaisaran Jepang.

Sayangnya, aksi tersebut dihalau oleh penjajah dengan memanfaatkan pasukan pribumi yang tidak terlibat PETA. Soeprijadi, pemimpin pemberontakan ini, dinyatakan hilang.

Namun, ada satu pemimpin di lapangan yang selama ini dilupakan oleh sejarah adalah Muradi, ia tetap bersama dengan pasukannya hingga saat terakhir.

Hingga akhirnya, pada 16 Mei 1945 diadili dan dihukum mati dengan hukuman penggal sesuai dengan hukum militer Tentara Kekaisaran Jepang di Everald yang sekarang menjadi Ancol.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x