Gempa Dahsyat dan Tsunami Setinggi 90 Meter Hantam Maluku, Sekitar 2.500 Orang Tewas pada 17 Februari 1674

- 17 Februari 2022, 07:49 WIB
ilustrasi tsunami. Gempa Dahsyat dan Tsunami Setinggi 90 Meter Hantam Maluku, Sekitar 2.500 Orang Tewas pada 17 Februari 1674. /PIXABAY/WikiImages
ilustrasi tsunami. Gempa Dahsyat dan Tsunami Setinggi 90 Meter Hantam Maluku, Sekitar 2.500 Orang Tewas pada 17 Februari 1674. /PIXABAY/WikiImages /
ZONABANTEN.com - Gempa dahsyat dan tsunami setinggi sampai 90 meter menghantam Maluku dan wilayah sekitarnya.
 
Gempa dan tsunami besar itu menelan korban jiwa yang diperkirakan mencapai 2.500 orang meninggal dunia dalam bencana pada 17 Februari 1674 itu.
 
Gempa dan tsunami tercatat sebagai bencana rapid onset yang pernah terjadi dan paling mematikan di Maluku dan sekitarnya.
 
Peristiwa itu dicatat oleh Georg Everhard Rumphius (1627-1702), seorang ilmuwan Eropa yang pernah tinggal di Ambon, dilansir situs BNPB. 
 
Rumphius menjadi salah satu saksi bencana besar yang melanda Ambon pada masa itu. Bahkan, istri dan anaknya pun turut menjadi korban jiwa.
 
 
Gempa yang disusul tsunami dari Laut Banda itu berdampak terhadap kerusakan rumah warga dan menelan ribuan korban jiwa.
 
Awalnya gempa terjadi sekitar pukul 19.30–20.00 malam waktu setempat. Saat itu, bertepatan dengan suasana perayaan Tahun Baru Cina yang cukup meriah.
 
Tiba-tiba guncangan yang sangat keras dari gempa bumi melanda seluruh Pulau Ambon dan pulau-pulau di sekitarnya.
 
Akibatnya, sebanyak 86 orang dilaporkan meninggal tertimpa runtuhan bangunan. Rumah-rumah yang terbuat dari batu mengalami rusak parah.
 
Ternyata, tak hanya gempa, karena kemudian disusul pula gelombang pasang yang terjadi di seluruh pesisir Pulau Ambon.
 
Pesisir Utara di Semenanjung Hitu menderita kerusakan yang paling parah, terutama di daerah Ceyt di antara Negeri Lima dan Hile.
 
Di daerah ini air naik setinggi 40–50 toises atau sekitar 70–90 meter, hingga menenggelamkan apapun yang ada di kawasan itu.
 
 
Menurut Budi Assaudi dari Pengelolaan Data dan Sistem Informasi pada Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Laut Banda memang rawan gempa.
 
"Laut Banda dan pulau-pulau di sekitarnya, khususnya Provinsi Maluku merupakan wilayah yang berada di pertemuan tiga lempeng yaitu lempeng Eurasia, Pasifik dan Australia," tulisnya pada 2020.
 
Pertemuan lempeng-lempeng tersebut menyebabkan intensitas kejadian gempa sangat aktif dan sangat rawan.
 
Ahli gempabumi dan tsunami di dalam dan luar negeri telah melakukan berbagai penelitian gempa bumi dan tsunami di Laut Banda, Laut Seram dan Laut Maluku Utara dan Kepulauan di Maluku.
 
BMKG bersama Universitas Hasanuddin juga pernah melakukan penelitian sumber gempa bumi Maluku atas dasar catatan sejarah gempa bumi dan tsunami, kondisi geoteknologi dan geografis kepulauan di Maluku.
 
Pulau Seram dan sekitarnya teridentifikasi memiliki pergerakan aktif sesar strike-slip sebagai akibat dari "Banda Opening" secara ekstensional.
 
 
Saat ini, lempeng di wilayah tersebut sudah mencapai "Weber Deep", di mana jejak mundur ekstensionalnya berpotensi menghasilkan strike-slip. 
Berdasarkan kajian terkini, salah satu segmen lempengnya ditengarai berada di sekitar Pulau Ambon, di mana Banda opening crust telah membentuk oceanic crust dan terus melebar hingga Weber Deep1.
 
"Ada potensi besar gempa tektonik dalam skala besar di Pulau Seram dan sekitarnya, namun segmen-segmen yang ada membentuk dilatasi sebagai media pelepasan energinya," tambah Budi.
 
Kondisi ini menyebabkan wilayah tersebut tak pernah sepi akan kejadian gempa bumi.
 
Bila mencermati mekanisme sumber gempanya, Pulau Seram dan sekitarnya merupakan zona sesar strike-slip sebagai akibat detachment atau bergesernya lempeng dan sangat mungkin sesar naik juga ada.
 
Ini tercermin dari data-data mekanisme sumber gempa bumi sebelumnya. Namun secara keseluruhan wilayah itu merupakan zona potensi sesar geser.
 
 
Terdapat 55 kejadian gempa bumi kuat sejak 1976, termasuk pada 26 September 2019 dalam rentang magnitudo 6,5–7,5 SR.
 
Bila menilik sejarah banyaknya catatan gempa bumi kuat berkedalaman kurang dari 70 km, maka zona Banda opening merupakan kawasan sangat rawan gempa bumi dan tsunami yang patut diwaspadai di wilayah timur Indonesia.
 
Berdasarkan pantauan BMKG, jumlah prosentase kejadian gempa di wilayah Maluku (Laut Banda) menunjukkan 44,06 persen dibandingkan total kejadian gempa di seluruh Indonesia pada tahun 2019.
 
Salah satunya gempa besar 6,82 SR pada 26 September 2019 pukul 06.46 WIB bersumber dari koordinat 3,38 LS dan 128,43 BT atau 40 km timur laut Ambon–Maluku dengan kedalaman 10 km.
 
Gempa melanda Kota Ambon, Maluku Tengah dan Seram Bagian Barat yang mengakibatkan 41 jiwa meninggal dunia, 1.602 luka-luka, dan 230.000 lebih orang mengungsi.
 
Selain berdampak korban, gempa juga mengakibatkan lebih dari 12.000 rumah dan 500 fasilitas umum serta fasilitas sosial terdampak.***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: BNPB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x