Mengenal Gerhana Matahari Hibrida yang akan Datang di Penghujung Ramadhan 2023

13 April 2023, 17:33 WIB
Ilustrasi Gerhana Matahari Hibrida /bmkg/

ZONABANTEN.com - Gerhana Matahari merupakan suatu fenomena langka yang terjadi. Datangnya Gerhana Matahari bisa mencapai satu dekade sekali.

Beberapa waktu yang lalu, BRIN telah memprediksikan kemungkinan terjadinya Gerhana Matahari di Indonesia.

Gerhana Matahari ini diperkirakan terjadi pada tanggal 20 April 2023 mendatang.

Menariknya, Gerhana Matahari yang akan melintasi Indonesia adalah Gerhana Matahari hibrida.

Baca Juga: Prediksi Gent vs West Ham di Conference League, Head To Head, Berita Tim, Susunan Pemain, Skor Akhir

 

"Pada 20 April 2023 nanti akan ada Gerhana Matahari Hibrida," Ungkap Emanuel Sungging selaku Kepala pusat Riset Antariksa BRIN.

Gerhana matahari hibrida merupakan fenomena langka yang terjadi ketikasatu waktu fenomena gerhana ada daerah yang mengalami gerhana matahari total dan ada yang mengalami gerhana matahari cincin.

Fenomena ini terjadi karena pengaruh kelengkungan bumi.

Diperkirakan nantinya gerhana matahari hibrida ini akan berlangsung selama 3 jam 5 menit. Durasi tersebut dimulai dari kontak awal hingga akhir apabila pengamatan dilakukan dari Biak dengan durasi fase tertutup total 58 detik.

Apabila pengamatan dilakukan dari Jakarta, maka durasi gerhana diperkirakan akan berlangsung selama 2 jam 37 menit.

Emanuel menjelaskan bahwa gerhana yang akan datang ini merupakan topik yang menarik bagi bidang riset antarikasa.

Baca Juga: Berbagi Kebahagiaan, LAZISNU Banten Adakan Santunan Anak Yatim dan Dhuafa Pada Bulan Ramadhan

Diprediksikan juga bahwa gerhana matahari total akan terjadi di indonesia pada tahun 2042.

Emanuel Sungging jua menjelaskan bahwa penelitian tentang gerhana matahari ini juga dapat dilakukan oleh berbagai disiplin ilmu.

"Peneliti disiplin ilmu lain dapat melakukan penelitian pengaruh gerhana matahari terhadap perilaku makhluk hidup baik itu hewan atau tumbuhan'" Ujar Emanuel.

Ia melanjutkan bahwa riset di bidang ilmu sosial juga perlu dilakukan untuk mengetahui budaya yang mungkin muncul saat fenomena langka ini terjadi.

Di bidang Antariksa sendiri, Emanuel Sungging dn timnya akan melakukan pengamatan di Biak Numfor. Biak Numfor merupakan lokasi yang tepat berada di lintasan gerhana matahari.

Beberapa variabel yang akan Emanuel Sungging dan timnya amati diantaranya riset terkait korona, sampak gerhana pada ionosfer, dan perubahan kecerlangannya.

Pengukuran korona nantinya akan dilakukan menggunakan indeks flattening Ludendorf. Metode ini digunakan dengan tujuan untuk memproyeksikan bentuk dan struktur korona.

Indeks flattening Ludendof merupakan sebuah parameter kuantitatif untuk menganalisis bentuk dan struktur korona global.

Baca Juga: Prediksi Anderlecht vs AZ Alkmaar di Conference League, H2H, Berita Tim, Susunan Pemain dan Skor Akhir

Premana W. Premadi, Pengajar di Astronomi ITB juga mengatakan bahwa untuk mengamati gerhana matahari tidak disarankan untuk melihat gerhana atau fenomena yang menyertainya secara kasat mata.

"Apalagi jika menggunakan peranti optis seperti binokuler atau teleskop, harus disertai dengan filter khusus matahari (solar filter). Pengamatan tanpa filter matahari dapat membuat gangguan kesehatan mata secara serius, bahkan pada taraf tertentu dapat menyebabkan kebutaan," jelasnya.

Premana mengatakan bahwa gerhana matahari total merupakan fenomena yang sangat menarik untuk diamati dari berbagai aspek.

Kita pun secara astronomi bisa menghitung ke depan maupun ke belakang kapan saja pernah terjadi gerhana dan kapan lagi akan terjadi gerhana," ujar Premana.

Ia melanjutkan bahwa fenomena gerhana matahari yang terjadi merupakan suatu kesempatan yang bagus untuk mempelajari sains dan matematika dengan cara yang unik.***

Editor: Rahman Wahid

Sumber: BMKG BRIN

Tags

Terkini

Terpopuler