Mengenal El Nino, Salah Satu Penyebab Naiknya Harga Kedelai di Indonesia

19 Februari 2022, 07:15 WIB
El Nino yang sedang melanda Argentina, sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan harga kedelai di Indonesia/pmel.noaa.gov /

ZONABANTEN.com – El Nino merupakan salah satu penyebab terjadinya kenaikan harga kedelai di Indonesia.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Perdagangan Republik Indonesia yaitu Muhammad Lutfi.

Muhammad Lutfi menyampaikan bahwa kenaikan yang terjadi merupakan akibat dari terjadinya El Nino di kawasan Amerika Selatan.

Lalu sebenarnya apa sih El Nino? Mengapa bisa terjadi? Dan apa dampaknya untuk iklim? Semua itu akan diulas di sini, dilansir  ZONABANTEN.com dari NOAA El Nino dan Mediablitar.

Baca Juga: Harga Kedelai Naik, Menteri Perdagangan: Akibat Terjadinya El Nino

El Nino merupakan sebuah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik.

Terjadinya El Nino dapat berdampak pada cuaca di seluruh dunia. Karena El Nino adalah osilasi sistem atmosfer laut di Pasifik tropis yang memiliki konsekuensi penting bagi cuaca.

Di antara konsekuensi itu adalah peningkatan curah hujan di tingkat selatan Amerika Serikat dan di Peru, menyebabkan banjir yang merusak.

Serta kekeringan di Pasifik Barat, kadang-kadang dikaitkan dengan kebakaran semak yang terjadi di Australia.

El Nino berarti The Little Boy atau Christ Child dalam bahasa Spanyol. El Nino pertama kali disadari oleh seorang nelayan di lepas pantai Amerika Selatan.

Baca Juga: Susu Sapi VS Susu Kedelai, Manakah yang Lebih Baik?

Sebagai munculnya air hangat yang tidak biasa di Samudra Pasifik, yang terjadi menjelang awal tahun dan kecenderungan fenomena El Nino datang menjelang hari natal.

El Nino memiliki ciri-ciri suhu laut yang luar biasa hangat di Pasifik Khatulistiwa dan tekanan rendah karena uap air yang terkumpul dibuang kembali dalam bentuk topan dan badai.

Sehingga pengamatan kondisi di Pasifik tropis untuk memprediksi variasi iklim jangka pendek (beberapa bulan hingga 1 tahun) sangatlah penting.

Dalam sebagian besar kasus El Nino sebelumnya, pemanasan akan berlangsung selama beberapa minggu atau sebulan, setelah itu cuaca akan kembali normal.

Baca Juga: Hongkong dan Singapura Akan Menyediakan Produk Pengganti Daging Babi yang Berasal dari Daging Sapi dan Kedelai

Namun, ketika kondisi El Nino bertahan selama berbulan-bulan, pemanasan laut yang lebih luas terjadi serta dampak ekonominya pada penangkapan ikan lokal untuk pasar internasional bisa menjadi serius.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai El Nino, NOAA atau National Oceanic and Atmospheric Administration dalam rangka memperoleh data, mereka mengoperasikan jaringan pelampung untuk mengukur suhu, arus, dan angin di Khatulistiwa.

Pada kondisi normal atau non-El Nino, angin pasat bertiup ke barat sepanjang ekuador dari Amerika Selatan menuju Asia di Samudra Pasifik tropis.

Kemudian angin menumpuk air permukaan yang hangat di Asia, sehingga permukaan laut sekitar setengah meter lebih tinggi di Indonesia daripada di Ekuador di Amerika Selatan.

Baca Juga: Harga Kedelai Masih Tinggi, PSI Tangsel Soroti Kinerja Pemerintah Kota

Air yang lebih dingin di Amerika Selatan kaya nutrisi, mendukung produktivitas primer tingkat tinggi, ekosistem laut yang beragam, dan perikanan utama.

Terlihat bahwa Pasifik timur relatif kering. Sedangkan awan dan curah hujan ditemukan di udara di atas perairan terhangat di dekat Asia.

Pada kondisi El Nino, curah hujan mengikuti air hangat ke arah timur, disertai banjir di Peru dan kekeringan di Indonesia dan Australia.

Perpindahan sumber panas atmosfer ke arah timur yang menutupi air hangat menghasilkan perubahan besar dalam sirkulasi atmosfer global, yang pada gilirannya memaksa perubahan cuaca di wilayah yang jauh dari Pasifik tropis.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Media Blitar NOAA

Tags

Terkini

Terpopuler