Naskah Khutbah Jumat Bulan Rajab dan Isra Mi'raj: Alasan Hati Nabi Muhammad SAW Dibedah

- 1 Februari 2024, 14:15 WIB
Naskah Khutbah Jumat Bulan Rajab dan Isra Mi'raj: Alasan Hati Nabi Muhammad SAW Dibedah
Naskah Khutbah Jumat Bulan Rajab dan Isra Mi'raj: Alasan Hati Nabi Muhammad SAW Dibedah /

ZONABANTEN.com – Berikut ini adalah naskah Khutbah Jumat spesial Bulan Rajab yang bisa disampaikan kepada jamaah.

Naskah Khutbah Jumat spesial Bulan Rajab kali ini mengangkat tema tentang hati Nabi Muhammad SAW yang dibedah sebelum Miraj.

Pembedahan hati Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu rangkaian peristiwa dalam Isra Miraj. Melalui peristiwa tersebut kita bisa mengambil pelajaran yang luar biasa.

Nah, berikut ini adalah naskah Khutbah Jumat spesial Bulan Rajab, hati Nabi Muhammad SAW yang dibedah saat Isra Miraj.

Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat Bahasa Sunda Isra Miraj dan Bulan Rajab: Alasan Pembedahan Hati Nabi Muhammad SAW

KHUTBAH JUMAT PERTAMA

اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ أَنْعَمَ عِبَادَهُ كَثِيْرَةً لَا تُحْصَى وَلَا تُسْتَقْصَى. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِدَنَا وَمَوْلَانَا محمدًا ﷺ قَائِدُ الْأَنْبِيَاءِ وَالْوَرَى

 اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا محمدٍ أَشْرَفِ عِبَادِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلِى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، أما بعد فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قال الله تعالى فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم، سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Maasyiral muslimin rahimakumullah,

Pertama-tama marilah kita bersama meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan sesungguh hati tanpa basa-basi. Karena kesungguhan dalam bertakwa akan berdampak pada perilaku seseorang. Sesungguhnya syariat bawaan rasul Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah kebenaran mutlak yang tidak bisa diragukan lagi. Shalat, zakat, puasa, dan haji merupakan di antara bukti formal ketaatan seseorang dalam berislam.

Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat Bahasa Sunda Bulan Rajab: Kenikmatan Surga Saat Nabi Muhammad Isra Mi'raj

Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Bulan Rajab adalah bulan istimewa. Di dalamnya terkandung banyak makna yang datang dari Allah subhanahu wata’ala sebagai anugerah istimewa bagi Rasul tercinta-Nya, Muhammad shalallallahu ‘alaihi wasallam. Salah satu anugerah terbesar adalah peristiwa Isra’ dan Mi’raj tanggal 27 Rajab atau seminggu lagi.

Dalam Isra’ Mi’raj Allah memperjalankan Nabi secara fisik-spiritual pada suatu malam. Perjalanan inilah yang di kemudian hari menjadi sejarah besar bagi umat manusia. Dalam waktu yang terbatas, khutbah ini hanya ingin mengupas satu kejadian saja dari rangkaian isra’ mi’raj Rasulullah.

Seperti telah masyhur diceritakan bahwa di antara kejadian istimewa yang terjadi pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebelum perjalanan mi’raj dimulai adalah pembedahan hati oleh malaikat Jibril dan Mikail ‘alaihimassalam untuk selanjutnya dicuci dengan air zam-zam tiga kali dan hati mulia itu diisi dengan hikmah dan iman. Proses pembedahan pada bagian awal dilakukan sebelum memasuki inti cerita perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, untuk selanjutnya diteruskan hingga Shidratil Muntaha.

Inilah yang menjadi fokus khutbah kali ini. Mengapa hati yang dibedah dan dibersihkan? Kenapa bukan usus atau ginjal yang mempunyai peran penting dalam metabolisme tubuh—yang secara bilogis lebih kotor dan selalu bersinggungan dengan makanan? Atau alat pencuci anggota tubuh lainnya yang menjadi jalur kotoran bagi manusia? Dan mengapa pula pembedahan ini dilakukan sebelum perjalanan—kenapa tidak setelah perjalanan usai atau di tengah perjalanan?

Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat Bulan Rajab dan Isra Mi'raj: Nikmatnya Surga yang Dimasuki Rasulullah Saat Mi'raj

Jamaah Jumat yang berbahagia,

Sesungguhnya dalam kejadian ini terdapat hikmah yang sangat dalam. Semakin tinggi kadar kepandaian spiritual seorang manusia, akan makin dalam ia memaknai sebuah hikmah. Namun, sebagai seorang yang sedikit pengetahuan, khatib hanya dapat mengingatkan beberapa hal di balik kejadian tersebut yang mungkin telah banyak dipahami tetapi sering dilupakan dan diabaikan.

Pertama, hati adalah hal terpenting dalam diri manusia. Hati sebagai pusat “metabolisme” keimanan dan ketakwaan. Bagaikan pilot, hati mengarahkan kehidupan spiritual manusia, dan kualitas spiritual itu secara langsung turut menentukan dan mempengaruhi tingkah laku seseorang. Karena itu sebuah hadits yang masyhur tentang hati menjelaskan:

إن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله، و إذا فسدت فسد الجسد كله ألا و هي القلب ( متفق عليه)

Sesungguhnya di dalam tubuh seseorang terdapat segumpal daging, apabaila gumpalan itu baik, maka baiklah seluruh tubuh itu. Namun jika gumpalan itu jelek, maka rusaklah seluruh tubuh itu. Ingatlah gumpalan itu adalah hati” (hadits ini disepakati kesahihannya oleh semua ahli hadits).

Sudah sangat jelas bagaimana pentingnya posisi hati bagi tubuh dan diri manusia. Betapa hati menjadi satu-satunya perkara yang menentukan tubuh dan diri manusia. Sebuah pribahasa Arab mengatakan:

القَلْبُ مَلِكٌ، وَالأَعْضَاءُ جَنُودُهُ؛ فَإِذَا صَلُحَ القَلْبُ، صَلُحَتْ الرَّعِيَّةُ، وَإِذَا فَسَدَ، فَسَدَتْ

Hati bagaikan raja, dan bala tentaranya adalah anggota tubuh manusia. Jikalau baik sang hati, maka baiklah rakyatnya. Namun jika rusak sang hati rusaklah segalanya.

Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Dengan demikian, apa yang terjadi pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah simbol bagi umatnya, bahwa hati adalah perkara yang paling penting untuk dirawat mengalahkan berbagai anggota lainnya. Menyehatkan hati dan meriasnya jauh lebih penting daripada merias wajah, bersolek tubuh, bahkan lebih penting daripada mengasah otak.

Inilah yang sering kita lupakan. Hati kerap tidak lagi menjadi panglima dalam kehidupan ini. Sejak lama kedudukannya telah digantikan oleh otak yang mengandalkan logika dan rasio. Padahal, berbagai pertimbangan keadilan dan kebenaran sumbernya adalah hati, bukan otak. Karena itu tidak salah apa yang diungkapkan oleh Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin:

اِسْتَفْتِ قَلْبَكَ وَلَوْأَفْتَوْكَ وَأَفْتُوْكَ وَأَفْتُوْكَ

Mintalah petunjuk pada hati (kecil)-mu, walaupun mereka (orang-orang) memberikan petunjuk padamu, walaupun mereka memberikan petunjuk padamu, walaupun mereka memberikan petunjuk padamu.

Dengan demikian, jikalau hendak memutuskan sebuah keadilan maka pertama kali bertanyalah kepada hati kecil, jangan bertanya dulu kepada bukti yang ada di tempat kejadian perkara. Karena semua itu bisa dipalsukan oleh otak dan logika. Hati membawa kita kepada kebaikan hakiki, sedangkan otak hanya akan mengantarkan kita kepada kebaikan yang dibuat-buat, kebaikan yang telah tercampur dengan berbagai kepentingan.

Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani Indrawati Ungkap Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Tahun 2023 Tetap Terjaga

Maasyiral muslimin rahimakumullah,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang yang ma’shum, terjaga dari salah dan dosa, meski tanpa dibedah dan dicuci hatinya oleh malaikat. Lantas, bagaimanakah dengan kita? Bagaimana merawat hati kita dan menghiasinya agar tetap jernih dan mampu menjadi pelita bagi diri dan tubuh ini?

Para hadirin jamaah Jumat yang mulia,

Demikianlah semoga kita semua dapat menarik hikmah dari bulan Rajab ini. Mengapa Allah memerintahkan Malaikat Jibril dan Mikail membedah dada dan mencuci hati Rasulullah? Bukan karena di hati Rasulullah terdapat kotoran. Bukan, karena beliau berstatus ma’shum alias terjaga dari dosa.

Namun, semua itu adalah perlambang bagi kita selaku umatnya. Bahwa membersihkan, merawat, dan menghias hati adalah pekerjaan utama yang harus didahulukan dari lainnya. Seperti halnya Allah subhanahu wata’ala mendahulukan pembedahan dan pencucian hati Rasulullah sebelum melakukan perjalanan isra’ mi’raj.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

KHUTBAH JUMAT KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّد وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ

عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

***

Editor: Rahman Wahid

Sumber: berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah