“Kegagalan panen jagung meluas dilaporkan di Kifili, Kwale, Taita Tevata, dan Tharaka Nithi, di mana produksi jagung kabupaten antara 1 persen hingga 7 persen dari rata-rata lima tahun” kata perwakilan KFSSG.
Famine Early Systems Network atau Jaringan Sistem Awal Kelaparan, mengungkapkan panen yang buruk disebabkan oleh rumah tangga yang menanam di lahan yang lebih sedikit untuk mengantisipasi curah hujan di bawah rata-rata sepanjang musim hujan yang singkat.
Penurunan produksi tersebut sudah terjadi selama bertahun tahun di Kenya, pada 2011 produksi jagung mencapai 3,7 juta ton dan turun menjadi 3,3 juta ton pada 2016. Penurunan tersebut mencapai 11 persen.
Peningkatan impor jagung sendiri mencapai 38 persen di Kenya.
Laporan IPCC menunjukkan perubahan iklim ini telah menyebabkan kerawanan pada sektor pertanian yang akut. Dampak terbesar telah diamati di Afrika, Asia, Amerika Tengah dan Selatan, Pulau-Pulau Kecil, dan Arktik.
Baca Juga: Kapan Waktu Imsak Kota Padang Rabu 6 April 2022? Ini Jamnya Beserta Jadwal Sholat
IPCC sendiri dalam laporan tersebut memberikan prediksi bahwa kenaikan permukaan laut yang terus menerus akan berisiko terhadap ketahanan pangan yang rentan dari sedang ke tinggi dengan tingkat pemanasan global 1,5 derajat celcius sampai 2 derajat celcius.
Pemanasan global juga dikhawatirkan akan melemahkan kesehatan tanah dan jasa ekosistem yang dapat merusak produksi pangan di berbagai wilayah.***