Melansir dari Zing News pada Rabu, 9 Maret 2022, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Ukraina tidak lagi mendesak keanggotaannya di NATO dan siap untuk "berkompromi" pada status dua wilayah yang memisahkan diri untuk menenangkan Rusia.
Keinginan untuk bergabung dengan NATO telah lama mendingin, "karena kami memahami bahwa NATO tidak siap untuk menerima Ukraina," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam sebuah wawancara yang ditayangkan di ABC News.
"Aliansi ini prihatin dengan kontroversi dan konfrontasi dengan Rusia," tambah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Pada saat yang sama, melalui seorang penerjemah, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan dia tidak ingin menjadi presiden negara yang harus berlutut dan memohon sesuatu, AFP melaporkan pada 8 Maret.
Baca Juga: Daftar Negara yang Jatuhkan Sanksi Kepada Rusia, Salah Satunya Korea Selatan
Dalam wawancara tersebut, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga mengkonfirmasi bahwa dua wilayah yang memisahkan diri dari Luhansk dan Donetsk belum diakui oleh negara manapun selain Rusia, tetapi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa kedua belah pihak dapat berdiskusi dan menemukan cara untuk mencapai kesepakatan tentang status kedua wilayah ini.
Pada 8 Maret, dalam sebuah video yang diposting di Telegram, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berterima kasih kepada perdana menteri Inggris atas komitmennya terhadap "Rencana Marshall" dengan Ukraina dan mengatakan Barat akan mendukung rencana ini.
“Akan ada Rencana Marshall baru untuk Ukraina. Barat akan menyiapkan paket dukungan ini. Perdana Menteri Inggris orang yang menepati janjinya, teman tulus Ukraina mengatakan demikian," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Marshall Plan adalah inisiatif Amerika yang diberlakukan pada tahun 1948 untuk memberikan bantuan asing ke Eropa Barat setelah berakhirnya Perang Dunia II.