Pihak Militer Sudan Gagalkan Kudeta dalam Waktu Singkat, Pemerintah Belum Sebut Pihak Terkait

- 22 September 2021, 09:05 WIB
Ilustrasi tentara Sudan. Mantan Presiden Sudan Omar al-Bashir diajukan sidang Mahkamah Internasional
Ilustrasi tentara Sudan. Mantan Presiden Sudan Omar al-Bashir diajukan sidang Mahkamah Internasional /Pixabay/Jaroslav Šmahel

ZONABANTEN.com - Pihak berwenang Sudan melaporkan upaya kudeta pada Selasa oleh sekelompok prajurit tetapi mengatakan upaya itu gagal dan militer negara tetap memegang kendali.

Televisi pemerintah Sudan meminta publik "untuk melawan" upaya itu tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.

“Semua terkendali. Pihak Revolusi menang,” ujar Mohamed Al Faki Suleiman, anggota dewan militer-sipil yang berkuasa, di Facebook, dia juga meminta warga Sudan untuk melindungi transisi.

Kantor Berita Sudan yang dikelola negara mengunggah di twitter mereka.

Baca Juga: Australia Temui Quad dan Batalkan Kesepakatan dengan Prancis, Scott Morrison: Kedaulatan Harus Didahulukan

Menurut unggahan tersebut, sumber resmi di kepresidenan dewan menteri telah mengatakan bahwa otoritas keamanan dan militer telah menggagalkan upaya kudeta pada fajar hari Selasa 21 September 2021.

"Situasi terkendali, dan mereka yang terlibat di dalamnya [upaya kudeta] telah ditangkap dan penyelidikan sedang berlangsung," ujar pernyataan itu.

Seorang pejabat militer mengatakan sejumlah tentara dari korps lapis baja berada di belakang upaya tersebut dan bahwa mereka mencoba untuk mengambil alih beberapa lembaga pemerintah tetapi dihentikan.

Sebuah sumber pemerintah mengkonfirmasi kepada Al Jazeera bahwa informasi tentang upaya kudeta itu diberikan kepada pemerintah pada Senin malam, yang membantu menggagalkannya dengan cepat.

Hiba Morgan, wartawan dari Al Jazeera di Khartoum, mengatakan masih ada banyak pertanyaan tentang kelompok mana yang sebenarnya berada di balik ini dan tujuan kudeta.

Berdasarkan laporan Morgan pagi hari di Khartoum tampak normal, namun salah satu jembatan menuju Omdurman, kota kembar ibu kota, diblokir.

Baca Juga: Thailand Gunakan Metode Pemberian Vaksin Sinovac Diikuti AstraZeneca, Cara yang Belum Digunakan di Negara Lain

“Ada tank di jembatan yang mencegah warga sipil menyeberang dan ada pertanyaan dari orang-orang mengapa ada tank,” ujar Morgan menjelaskan.

“Kemudian datang laporan bahwa ada upaya kudeta yang gagal.” ujar Morgan menambahkan.

Morgan juga menyatakan bahwa para pejabat mengatakan kudeta itu termasuk upaya untuk mengambil alih televisi negara dan markas tentara.

Upaya lain yang dilakukan pasukan kudeta itu termasuk berusaha membubarkan Dewan Menteri dan Dewan Kedaulatan yang membentuk pemerintahan transisi negara itu.

Lalu lintas tampak lancar di pusat Khartoum pada hari Selasa, termasuk di sekitar markas tentara, di mana protes massa selama berbulan-bulan mendorong penggulingan presiden veteran Omar al-Bashir dalam kudeta istana dua tahun lalu.

Sudan berada di jalur yang rapuh menuju pemerintahan demokratis sejak militer menggulingkan penguasa otokratis lama negara itu Omar al-Bashir pada April 2019, setelah empat bulan protes massal.

Baca Juga: AS Longgarkan Pembatasan Perjalanan Udara untuk Wisatawan Asing yang Sudah Divaksinasi Pada November

Sudan saat ini diperintah oleh pemerintah transisi yang terdiri dari perwakilan sipil dan militer yang dipasang setelah penggulingan Bashir dan ditugaskan untuk mengawasi kembalinya pemerintahan sipil penuh.

Perpecahan politik yang mendalam dan masalah ekonomi kronis yang diwarisi dari rezim Bashir telah membayangi transisi tersebut.

Beberapa pejabat sipil menuduh militer terus memberikan pengaruh yang lebih besar dalam pemerintahan transisi.

Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah telah melakukan serangkaian reformasi ekonomi yang keras agar memenuhi syarat untuk mendapatkan keringanan utang dari Dana Moneter Internasional.

Langkah-langkah tersebut, yang mencakup pemotongan subsidi dan upaya menstabilkan Pound Sudan secara dikelola, dipandang oleh banyak orang Sudan sebagai terlalu keras.

Baca Juga: Filipina Jalin Kemitraan Pertahanan Baru Untuk Hadang China, Australia Akan Kirim Kapal Selam Bertenaga Nuklir

Protes sporadis pecah menentang reformasi yang didukung IMF dan meningkatnya biaya hidup.

Waleed Madibo, pendiri dan presiden Forum Kebijakan Sudan, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa frustrasi dengan kepemimpinan Sudan telah meningkat.

“Badan legislatif seharusnya dibentuk tiga bulan setelah revolusi, sekarang sudah tiga tahun dan tidak ada sinyal bahwa komponen sipil pemerintah sedang mencoba untuk merumuskan badan itu,” ujar Madibo yang berbicara dari Doha, Qatar.

“Tampaknya kurangnya kepemimpinan dan kurangnya visi yang dapat membawa negara keluar dari rawa ini,” ujar Madibo menambahkan.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x