Gelombang Demonstrasi Perempuan di Afghanistan, Faizi: Kami Hanya Ingin Perdamaian

- 22 Agustus 2021, 14:36 WIB
Gelombang Demonstrasi Perempuan di Afghanistan
Gelombang Demonstrasi Perempuan di Afghanistan /Tangkap layar Youtube IndianExpressOnline


ZONABANTEN.com – Sejak kedatangan Taliban ke Afghanistan dan jatuhnya ibukota Kabul ke tangan militan, gelombang demonstrasi terjadi di seluruh wilayah.

Salah satunya ialah  demonstrasi yang diinisiasi perempuan Afghanistan. Mereka turun ke jalan untuk memperjuangkan hak-hak sebagai perempuan dalam pemerintahan Taliban.

Mereka melakukan protes dengan membawa atribut senjata maupun berpakaian ala militan Taliban sebagai bentuk pemberontakan.

Seperti yang tercatat dalam sejarah, sekitar tahun 1996-2001 saat ketika Taliban menguasai Afghanistan, kebebasan perempuan sangat dikekang.

Baca Juga: Pengakuan Wartawan Afghanistan yang Kabur ke Indonesia, Pernah Disekap dan Disiksa Taliban

Perempuan di zaman tersebut dilarang untuk sekolah, diharuskan mengenakan Burqa kemanapun mereka pergi, bahkan tak jarang beberapa militan memaksa masuk ke rumah-rumah untuk mengambil anak perempuan mereka.

Tak hanya itu, di sepanjang tahun gelap tersebut, Taliban juga memberlakukan hukuman di muka umum.

Hal ini menjadi salah satu faktor demonstrasi terjadi di seluruh wilayah Afghanistan, khususnya ibukota Kabul.

Juru bicara olimpiade untuk Afghanistan, Benafsha Faizi menuturkan kepada jurnalis The Indian Express (Meera Kalyani) mengenai keadaan dan kegelisahannya sebagai perempuan di ibukota Kabul.

“Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi. Pihak provinsi sudah menyerah dengan berbagai perlawanan. Dia (Faizi) mengunci dirinya di dalam rumah selama 3 hari. Jadi, selama itu ia melihat segala sesuatu terjadi di depan matanya sendiri,” ujar Kalyani, seorang jurnalis The Indian Express.

Baca Juga: Ashraf Ghani, Sempat Menghilang Kini ‘Umbar Janji’ untuk Afghanistan

Bagi perempuan Afghanistan, kembali berkuasanya Taliban seperti mimpi buruk yang telah berakhir 20 tahun yang lalu tepat saat Taliban berhasil digulingkan oleh pemerintah Amerika Serikat dan sekutu.

“Taliban adalah masa lalu yang buruk dan sekarang mereka kembali,” ujar Faizi dengan kalut.

Perempuan Afghanistan, khususnya yang telah bekerja merasa ketakutan dan gelisah dengan situasi yang terjadi.

Mereka takut jika hak-hak untuk menuntut ilmu, bekerja, maupun melakukan aktivitas di luar ruangan menjadi terbatas.

Bahkan mereka juga takut apabila laki-laki, khususnya Taliban mengambil masa depan dan berbagai rencana yang telah mereka (perempuan Afghanistan) atur sedari dulu.

Baca Juga: Siapa Taliban Sebenarnya? Ini Dia Sepak Terjang Taliban Dalam Meraih 'Kemerdekaan' di Afghanistan

Saat ini, selain perempuan Afghanistan yang berani turun ke jalan untuk memperjuangkan haknya dalam pemerintah Taliban, sebagian memilih untuk sembunyi dan melarang anak-anak remaja mereka untuk keluar rumah.

Walaupun begitu, Taliban dalam konferensi pers menyatakan akan menjamin kebebasan perempuan selama mereka berkuasa di Afghanistan.

Janji manis ini menjadi harapan bagi beberapa perempuan, tetapi tak sedikit yang acuh sembari mengingat tahun-tahun gelap saat berkuasanya Taliban 20 tahun yang lalu.

Di sisi lain, masyarakat Afghanistan khususnya perempuan hanya ingin perdamaian. Saat perdamaian itu ada, siapapun yang memerintah mereka akan mendukung.

“Kami hanya ingin perdamaian. Jika mereka akan memberikan perdamaian, maka kami tidak masalah,” kata Faizi.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Indian Express


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah