Putin Dukung Bersatunya Rusia dan Eropa, Tuduh Amerika Terlibat Pemberontakan di Krimea

- 25 Juni 2021, 08:00 WIB
Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Presiden Rusia, Vladimir Putin. //Dok. Reuters

ZONABANTEN.com—‌‌‌‌ Dalam sebuah kolom untuk sebuah majalah Jerman, presiden Rusia menuduh Washington membuat pemecatan Yanukovich dari jabatannya.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pemberontakan rakyat tahun 2014 diatur oleh Amerika Serikat.

Putin juga menuduh bahwa kudeta itu, yang membuat mantan Presiden Ukraina Viktor Yanukovich dipaksa turun dari jabatannya, didukung oleh sekutu Washington di Eropa saat ia meminta kerja sama yang lebih besar di benua itu.

Putin menulis pada “op-ed” di Die Zeit, sebuah surat kabar Jerman, untuk menandai peringatan 80 tahun invasi Jerman ke Uni Soviet selama Perang Dunia II.

Dalam tulisan itu, Putin menggambarkan penggulingan Yanukovich sebagai "kudeta bersenjata anti-konstitusional".

Moskow telah lama menuduh AS mengobarkan gejolak di Ukraina.

Baca Juga: Fadli Zon : Habib Rizieq Korban Produk UU Warisan Kolonial

Ketegangan dengan negara tetangga Rusia telah meningkat sejak Yanukovich, seorang pemimpin pro-Kremlin, disingkirkan.

Setelah keluarnya Yanukovich pada Februari 2014, Rusia memasukkan wilayah Laut Hitam Krimea ke wilayahnya dan memberikan dukungannya kepada pejuang separatis ketika konflik bersenjata meletus di timur Ukraina.

Menurut Putin, pembentukan “tragedi Ukraina” diakibatkan oleh dinamika pasca-Perang Dingin.

Dinamika itu memaksa negara-negara berhadapan dengan “pilihan buatan” antara berpihak pada Barat atau Rusia.

“Mengapa Amerika Serikat mengorganisir kudeta, dan mengapa negara-negara Eropa dengan lemah mendukungnya, memprovokasi perpecahan di Ukraina sendiri dan penarikan Krimea?” ujar Putin dalam tulisannya itu.

“Sekarang seluruh sistem keamanan Eropa telah terdegradasi secara serius. Ketegangan meningkat, dan risiko perlombaan senjata baru menjadi nyata.” ujar Putin menambahkan.

Komentar Putin tersebut dibuat seiring dengan pertemuan puncak Jenewa yang sangat dinanti dengan mitranya dari  AS, Joe Biden, pekan lalu.

Pasangan presiden itu berkomitmen untuk mencoba dan meletakkan dasar bagi perjanjian pengendalian senjata di masa depan dan mengembalikan duta besar masing-masing ke pos mereka.

Sebelum pembicaraan, kedua belah pihak telah mengatakan bahwa perubahan besar tidak mungkin terjadi dalam hubungan antara Rusia dan Barat pada posisi terendah pasca-Perang Dingin.
Baca Juga: Mengerikan! Kuburan Massal Anak-anak Tak Bertanda Kembali Ditemukan di Bekas Sekolah Kanada

Putin segera memuji Biden setelah pertemuan itu, ia memuji profesionalisme presiden AS.

Tetapi Kremlin memperingatkan masih ada poin yang menjadi ketidaksepakatan signifikan antara Moskow dan Washington.

Terutama mengenai Ukraina dan peran yang dimainkan oleh NATO, aliansi keamanan transatlantik yang Biden telah berkomitmen kuat pada AS, dalam urusan Eropa.

Dalam op-ed tersebut, Putin mengatakan Rusia dan negara-negara Eropa kehilangan peluang besar yang diberikan kerja sama kepada mereka karena dinginnya hubungan mereka.

“[Kerja sama] sangat penting sekarang, ketika kita semua dihadapkan pada tantangan bersama, pandemi dan konsekuensi sosial-ekonomi yang mengerikan,” ujar Putin dalam artikel tersebut, yang juga diterbitkan di situs web Kremlin.

“Seluruh sejarah pasca-perang di Eropa Raya menegaskan bahwa kemakmuran dan keamanan benua kita bersama hanya mungkin tercapai melalui upaya bersama semua negara, termasuk Rusia,” ujar Putin menambahkan

Putin juga mengutip bahwa negaranya memiliki “hubungan budaya dan sejarah yang tak terpisahkan dengan Eropa. ”

“Saya ulangi lagi: Rusia mendukung pemulihan kemitraan komprehensif dengan Eropa.”

Pemimpin Rusia itu mengatakan Moskow dan ibu kota Eropa lainnya dapat bekerja sama dalam sejumlah masalah yang menjadi kepentingan bersama, termasuk keamanan, energi, teknologi, dan lingkungan.

***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah