Ribuan Warga Myanmar Melarikan Diri ke India, Pemerintah Khawatirkan Gerakan Aktivis di Antara Imigran

- 11 Juni 2021, 06:39 WIB
Para warga sipil Myanmar korban krisis demokrasi berusaha untuk mencari pengungsian ke tempat lebih aman.
Para warga sipil Myanmar korban krisis demokrasi berusaha untuk mencari pengungsian ke tempat lebih aman. /arabnews.com

ZONABANTEN.com - Ribuan orang yang melarikan diri dari penumpasan militer di Myanmar dan menyeberang ke negara-negara bagian timur laut India.

Imigrasi ilegal ini menimbulkan kekhawatiran di antara para pejabat bahwa kawasan itu dapat menjadi pos perencanaan bagi para aktivis pro-demokrasi dan memicu ketidakstabilan.

Berdasarkan perkiraan kelompok masyarakat sipil dan pejabat pemerintah, tiga negara bagian India, Mizoram, Manipur dan Nagaland, saat ini melindungi sekitar 16.000 orang dari Myanmar.

Berdasarkan laporan kantor berita Reuters hari Kamis, jumlah itu diperkirakan akan terus meningkat dalam beberapa bulan mendatang.

Baca Juga: Tak Bisa Kembali ke Myanmar, Sutradara Jepang Tayangkan Kembali 'Passage of Life'

Di Mizoram, tempat yang dijadikan sejumlah besar orang dari Myanmar sebagai perlindungan, pihak berwenang mengawasi dengan cermat para pejuang pro-demokrasi.

Para pejuang pro-demokrasi itu bergabung dengan para pengungsi yang bergerak melintasi perbatasan hutan lebat yang tidak berpagar yang ditandai oleh sungai Tiau.

"Kami memantau ini dengan sangat cermat," ujar seorang penasihat pemerintah negara bagian kepada Reuters.

Dia mengatakan bahwa beberapa pejuang Myanmar sebelumnya telah menyeberang dengan dukungan orang-orang di India tetapi sudah kembali.

“Kami tidak akan pernah mengizinkan mereka berlatih di Mizoram,” ujar sang penasihat.

“Jika Anda mengganggu Mizoram, akan ada masalah bagi para pengungsi.” ujar sang penasihat menegaskan.

Pada awal Mei, setidaknya 50 orang dari Myanmar mengadakan kamp pelatihan di Mizoram, ujar seorang pejabat polisi negara bagian dan anggota perlawanan kepada Reuters.

Kamp di distrik Champhai Mizoram tidak melibatkan penggunaan senjata dan dibubarkan setelah pasukan paramiliter India melakukan penyelidikan, ujar anggota perlawanan, yang menolak disebutkan namanya.

“Semua anak muda telah pindah kembali ke Myanmar,” ujar anggota perlawanan itu.

Baca Juga: Kejam, Begini Cara Militer Myanmar Kendalikan Sektor Telekomunikasi untuk Memata-matai Warganya

Suu Kyi, seorang anggota parlemen yang digulingkan dari National League for Democracy (NLD) mengatakan kepada Reuters bahwa beberapa pejuang perlawanan dari negara bagian Chin telah memperoleh senjata dari India dan dari Tentara Arakan, sebuah milisi etnis di wilayah Rakhine Myanmar, yang memicu perdagangan senjata rahasia di wilayah tersebut.

“Tentu saja, orang-orang ini ingin melawan junta.” ujar pejabat polisi Mizoram yang mengetahui tentang kamp pelatihan.

Apa yang akan mereka coba lakukan, menurut pendapat saya, adalah mendapatkan senjata dari sisi ini (India),”  ujar pejabat

Perbatasan India sepanjang 1.600 km (1.000 mil) dengan Myanmar juga telah lama melindungi kelompok-kelompok bersenjata yang menentang pemerintahan New Delhi.

Mereka beroperasi di kedua sisi perbatasan dan mendapat untung dari narkotika yang masuk dari Asia Tenggara, ujar pejabat keamanan India.

"Ini benar-benar mengkhawatirkan bahwa jika para pemberontak menyeberang, mereka akan memberi oksigen kepada pemberontak Naga dan Manipur," ujar seorang sumber senior pemerintah di New Delhi kepada Reuters. merujuk pada sekitar dua lusin kelompok pemberontak yang beroperasi di sepanjang perbatasan.

Seorang juru bicara militer Myanmar tidak menjawab panggilan dari Reuters untuk mengomentari situasi di sepanjang perbatasan.

Di negara bagian Mizoram, sekitar 15.000 orang dari Myanmar mencari perlindungan.

Pihak berwenang telah menulis surat kepada kementerian luar negeri India untuk membantu mendirikan delapan kamp pengungsi, menurut surat 1 Juni yang dilihat oleh Reuters.

Baca Juga: Walau Jauh Dari Negaranya, Komunitas Myanmar di Jepang Turut Bantu Saudaranya Lewat ‘Perang Siber’

Di negara tetangga Manipur, sekitar 1.000 orang yang melarikan diri dari Myanmar berlindung di kamp-kamp darurat di kawasan hutan bahkan ketika hujan lebat mulai, ujar aktivis hak asasi manusia Babloo Loitongbam.

Loitongbam dan anggota Organisasi Pelajar Naga di Myanmar mengatakan ada krisis pangan yang terjadi di daerah perbatasan negara itu.

Pasokan bahan pokok seperti beras terbatas dalam jumlah,.

“Selain kekerasan, ekonomi juga hancur di sana. Jadi, lebih banyak orang akan datang, ”ujar  Loitongbam.

“Orang harus mencari cara untuk bertahan.” ujar Loitongbam menambahkan.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x