Filipina Kembali Ajukan Protes atas Kehadiran Ilegal Tiongkok di Laut China Selatan

- 29 Mei 2021, 11:45 WIB
Ilustrasi Kapal Perang
Ilustrasi Kapal Perang /Defence-Imagery/Pixabay


ZONABANTEN.com – Kementerian Luar Negeri Filipina kembali memprotes kehadiran dan aktivitas ilegal Tiongkok yang terus berlanjut di dekat sebuah pulau di Laut China Selatan yang berada di wilayah Filipina, Sabtu 29 Mei 2021.

Manila mengajukan protes diplomatik pada Jumat, 28 Mei 2021, atas klaim penyebaran yang tak henti-hentinya, kehadiran yang berkepanjangan, dan aktivitas ilegal aset maritim Tiongkok dan kapal penangkap ikan di sekitar pulau Thitu.

Mereka menuntut Tiongkok menarik kehadiran kapalkapal tersebut.

Kedutaan Besar Tiongkok di Manila belum memberikan tanggapan terkait kabar ini.

Ketegangan antara Manila dan Beijing telah meningkat selama berbulan-bulan yang dipicu oleh kehadiran ratusan kapal Tiongkok di zona ekonomi eksklusif 200 mil Filipina.

Baca Juga: Kenapa Tagar Jokowi Kritik Presiden RI Trending di Twitter? Jokowi Kritik Dirinya Sendiri? Ini Jawabannya

Filipina mengatakan yakin kapal-kapal itu diawaki oleh milisi, sementara Beijing mengatakan mereka adalah kapal penangkap ikan yang berlindung dari cuaca buruk.

"Kepulauan Pag-asa adalah bagian integral dari Filipina yang memiliki kedaulatan dan yurisdiksi," kata kementerian luar negeri Filipina dikutip ZONABANTEN.com dari US News.

Thitu, yang dikenal sebagai Pag-asa di Filipina, berjarak 451 km dari daratan dan merupakan daerah terbesar dari delapan terumbu karang, beting, dan pulau yang didudukinya di kepulauan Spratly.

Tiongkok telah membangun kota mini dengan landasan pacu, hanggar, dan rudal permukaan-ke-udara di Subi Reef sekitar 25 km dari Thitu.

Tindakan ini merupakan protes diplomatik ke-84 yang diajukan Filipina terhadap Tiongkok sejak Presiden Rodrigo Duterte menjabat pada 2016.

Baca Juga: Berikut Video Benda Langit yang Jatuh disekitar Gunung Merapi dan Kondisi Gunung Merapi Terbaru Sabtu Pagi Ini

Pengadilan internasional tahun itu membatalkan klaim ekspansif Tiongkok di Laut China Selatan, di mana perdagangan yang ditanggung kapal senilai sekitar US$3 triliun terjadi setiap tahun.

Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga bersaing mengklaim berbagai pulau dan fitur di daerah tersebut.

Duterte mengesampingkan keputusan yang menguntungkan itu dan mengejar pemulihan hubungan dengan Beijing sebagai imbalan atas jaminan miliaran dolar pinjaman, bantuan, dan investasi, yang sebagian besar tertunda.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: US News


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x