Idris Deby, Presiden Chad Selama 30 tahun Meninggal di Pertempuran, Kecemasan Melanda Warga Chad dan Sekutunya

- 21 April 2021, 06:32 WIB
TETAP GAGAH - Presiden Chad, Idriss Deby Itno masih gagah dalam seragam milter padahal sudah berusia 68 tahun. Kepada media dalam dan luar negeri, anak gembala miskin ini tidak merahasiakan fakta bahwa terkadang dia melihat kekuasaan sebagai sangkar berlapis emas./PHOTO: THE AFRICA REPORT/
TETAP GAGAH - Presiden Chad, Idriss Deby Itno masih gagah dalam seragam milter padahal sudah berusia 68 tahun. Kepada media dalam dan luar negeri, anak gembala miskin ini tidak merahasiakan fakta bahwa terkadang dia melihat kekuasaan sebagai sangkar berlapis emas./PHOTO: THE AFRICA REPORT/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

ZONABANTEN.com - ‌‌Idriss Deby, selaku Presiden Chad, meninggal dalam pertempuran melawan pemberontak di bagian utara negaranya.

Deby telah memerintah negaranya selama lebih dari 30 tahun dan merupakan sekutu penting Barat dalam perang melawan militan Islam di Afrika, tewas dalam pertempuran melawan pemberontak di utara.

Azem Bermendao Agouna, selaku juru bicara militer di televisi pemerintah, memberikan peryataan tentang pengalihan kekuasaan.

Dalam pernyataan tersebut, Mahamat Idriss Deby Itmo, selaku putra Deby, diangkat sebagai presiden sementara oleh dewan transisi perwira militer.

Deby, 68, mengambil alih kekuasaan dalam pemberontakan pada tahun 1990 dan merupakan salah satu pemimpin terlama di Afrika.

Baca Juga: Ukraina prediksi 120.000 tentara Rusia segera berada di perbatasannya, MenLu Kuleba Minta Sanksi Negara Barat

Ia telah selamat dari berbagai upaya kudeta dan pemberontakan yang terjadi di negaranya.

Kematiannya diperkirakan akan memperdalam masalah Chad, dan para sekutunya.

Secara internasional, Prancis dan Amerika Serikat akan berharap upaya kontra-terorisme mereka sekarang tidak akan terdorong keluar arah akibat peristiwa ini.

Pernyataan Prancis, yang dikutip ZONA BANTEN dari Reuters, mengatakan bahwa mereka telah kehilangan "teman pemberani" sementara Chad kehilangan  "seorang prajurit yang hebat".

Deby terbunuh tepat setelah dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden yang baru berlangsung.

Kemenangan ini akan memberinya masa jabatan keenam, sebagian besar oposisi pun memboikot pemungutan suara tersebut.

Baca Juga: Mantan Wakil Presiden AS Walter Mondale, Meninggal Dunia di Usia 93 Tahun, Sempat Tulis Pesan Perpisahan

Berdasarkan laporan Reuters, Deby, sering bergabung dengan tentara di medan perang dengan seragam militernya.

Pada saat itu, ia sedang mengunjungi pasukan di garis depan pada Senin setelah pemberontak yang bermarkas di perbatasan utara Libya maju ratusan kilometer ke selatan menuju ibu kota N'Djamena.

"Marsekal Idriss Deby Itno, seperti yang dilakukannya setiap kali lembaga republiknya terancam, mengambil kendali operasi selama pertempuran yang heroik yang dipimpin melawan teroris dari Libya.” ujar Bermendao, seperti dikutip ZONA BANTEN dari Reuters.

“Dia terluka selama pertempuran dan meninggal setelah dipulangkan ke N'Djamena." ujar Bermendao.

Pemerintah dan Majelis Nasional telah dibubarkan dan jam malam nasional diberlakukan mulai pukul 6 sore. sampai jam 5 pagi.

Baca Juga: Iran Menetapkan Pelaku Sabotase Pembangkit Tenaga Nuklir Natanz, Media Israel Sebut Mossad Terkait Insiden Itu

"Dewan Transisi Nasional meyakinkan rakyat Chad bahwa semua tindakan telah diambil untuk menjamin perdamaian, keamanan, dan ketertiban republik." ujar Bermendao.

Dewan militer menyatakan akan memimpin transisi selama 18 bulan menuju pemilihan yang bebas dan adil.

Deby telah mendorong sebuah konstitusi baru pada 2018 yang akan memungkinkan dia untuk tetap berkuasa hingga 2033.

"Saya tahu sebelumnya bahwa saya akan menang, seperti yang telah saya lakukan selama 30 tahun terakhir." ujar Deby sebelum pemilihan pekan lalu.

Deby berurusan dengan meningkatnya ketidakpuasan publik atas pengelolaan kekayaan minyak Chad dan tindakan keras terhadap lawan-lawannya.

Baca Juga: Tanggapi Amerika dan Jepang, Kedubes China: Taiwan, Hong Kong dan Xinjiang adalah Urusan Dalam Negeri

Walau demikian, dalam hasil pemilu, Deby mengklaim 79% suara.

Seorang reporter Reuters di N'Djamena mengatakan orang-orang berada dalam kepanikan ketika berita kematian Deby menyebar.

Mereka khawatir pertempuran dapat meletus di kota tersebut.

Oleh karenanya, banyak yang melarikan diri ke pinggiran kota dan jalanan dipenuhi dengan lalu lintas yang menyebabkan kemacetan.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x