Virus Nipah Mengancam Jadi Pandemi Baru di Tengah Wabah Covid-19 yang Belum Usai

- 27 Januari 2021, 11:53 WIB
ILUSTRASI kelelawar.*
ILUSTRASI kelelawar.* /Pixabay/

ZONA BANTEN - Belum selesai dengan virus Covid-19, virus Nipah kini menjadi ancaman pandemi selanjutnya. Kemenkes bahkan sudah memperingatkan untuk waspada terhadap virus ini.

Virus Nipah pertama kali dikenal pada tahun 1999 di Malaysia yang terjadi di tengah peternak babi di Negara Jiran. Selain itu, virus ini juga ditemukan di negara Bangladesh pada tahun 2001 dan diidentifikasi berkala di India bagian Timur.

Virus Nipah merupakan virus yang ditularkan dari hewan ke manusia atau virus zoonosis dan bisa menular melalui makanan yang sudah terkontaminasi atau bahkan langsung antar manusia.

Virus ini menyebabkan infeksi pada asimtomatik (subklinis) hingga penyakit pernapasan akut dan ensefalitis yang fatal. Infeksi virus pada hewan ternak mampu menyebabkan penyakit parah pada hewan tersebut dan  kerugian yang cukup signifikan.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Belum Berakhir, Asia Hadapi Ancaman Virus Nipah yang Miliki Tingkat Kematian Lebih Tinggi

Saat wabah ini terjadi di Malaysia pada tahun 90-an, virus Nipah juga ditemukan pada reservoir alami yakni kelelawar Pteropus dan ditemukan pada spesies kelelawar lainnya di beberapa negara di Asia seperti Ghana, Indonesia, Thailand, Kamboja dan Filipina.

Orang yang terinfeksi virus Nipah mengalami gejala awal seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, sakit tenggorokan dan muntah. Gejala tersebut juga diikuti oleh rasa mengantuk, kesadaran yang berubah, pusing dan tanda-tanda neurologis akut.

Beberapa orang yang terinfeksi mengalami pneumonia atipikal dan masalah pernapasan parah dan akut. Ensefalitis dan kejang pada kasus yang parah bisa menyebabkan koma dalam waktu satu hingga dua hari.

Masa inkubasi untuk virus Nipah ini tidak jauh berbeda dengan Covid-19, yaitu diyakini berkisar pada empat hingga 14 hari. Namun terdapat laporan yang menyatakan masa inkubasi terjadi dalam 45 hari.

Baca Juga: Bangkit dari Kubur! Usai Dinyatakan Meninggal Karena Covid-19, Lansia di Spanyol Muncul dalam Keadaan Sehat

Hingga saat ini, belum ada pengobatan dan vaksin yang tersedia untuk manusia atau hewan. Perawatan utama bagi manusia yang terinfeksi virus Nipah adalah perawatan suportif.

Angka kematian kasus virus Nipah diperkirakan sekitar 40 persen hingga 75 persen. angka ini bisa bervariasi tergantung pada wabah dan kemampuan loka untuk surveilans epidemiologi dan manajemen klinis.

Pada tahun 2018, WHO meninjau atas daftar Cetak Biru R&D, virus Nipah termasuk dalam daftar prioritas dengan kebutuhan mendesak untuk mempercepat penelitian dan pengembangan. ***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: WHO.Int


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x