Penghinaan! Muslim Uighur Dipaksa Konsumsi Daging Babi Saban Hari Jumat

- 5 Desember 2020, 17:01 WIB
Muslim Uighur di Tiongkok.
Muslim Uighur di Tiongkok. /Dancingturtles.org

ZONABANTEN.com - Muslim Uighur dipaksa konsumsi daging babi saat China memperluas peternakan babi di Xinjiang. 

Menurut mantan tahanan mengklaim bahwa pemberian makan babi secara paksa paling merajalela di kamp pendidikan ulang dan pusat penahanan.

Sudah lebih dari dua tahun sejak Sayragul Sautbay dibebaskan dari kamp pendidikan ulang di wilayah paling barat China, Xinjiang.

Namun ibu dua anak ini masih mengalami mimpi buruk dan kilas balik dari “penghinaan dan kekerasan” yang dialaminya selama ditahan, seperti dikutip dari Al Jazeera, Jumat, 4 Desember 2020 waktu setempat.

Baca Juga: Bahaya Turun Rating! Jika Elsa Lolos Lagi, Sinopsis Ikatan Cinta Sabtu 5 Desember 2020 Malam Ini 

Sautbay, seorang dokter medis dan pendidik yang sekarang tinggal di Swedia, baru-baru ini menerbitkan sebuah buku di mana dia merinci penderitaannya, termasuk menyaksikan pemukulan, dugaan pelecehan seksual, dan sterilisasi paksa.

Dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan Al Jazeera, dia menjelaskan lebih banyak tentang penghinaan lain yang dialami Uighur dan minoritas Muslim lainnya, termasuk konsumsi daging babi, daging yang dilarang keras dalam Islam.

“Setiap Jumat, kami dipaksa makan daging babi,” kata Sautbay. “Mereka sengaja memilih hari yang suci bagi umat Islam. Dan jika Anda menolaknya, Anda akan mendapatkan hukuman yang berat. "

Dia menambahkan bahwa kebijakan tersebut dirancang untuk menimbulkan rasa malu dan rasa bersalah pada para tahanan Muslim dan "sulit untuk menjelaskan dengan kata-kata" emosi yang dia miliki setiap kali dia makan daging.

Baca Juga: 12/12 , Inilah Penjelasan Mengapa 12 Desember Akan Menjadi Hari Paling Beruntung di 2020 

“Saya merasa seperti saya adalah orang yang berbeda. Di sekitarku menjadi gelap. Sangat sulit untuk menerimanya, ”katanya.

Kesaksian dari Sautbay dan lainnya memberikan indikasi tentang bagaimana China berusaha untuk menindak di Xinjiang dengan membidik kepercayaan budaya dan agama dari sebagian besar etnis minoritas Muslim, menerapkan pengawasan luas dan - mulai sekitar 2017 - membuka jaringan kamp yang dimilikinya. dibenarkan seperlunya untuk melawan "ekstremisme".

Seperti diberitakan sebelumnya, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (Menlu AS) Mike Pompeo baru saja menyambangi Indonesia dan menemui pemerintah RI.

Selain itu, Menlu Mike Pompeo juga bertemu dengan Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor), sayap organisasi kepemudaan Nahdlatul Ulama (NU).

Baca Juga: China Bangun Pusat Peternakan Babi di Xinjiang, Penghinaan untuk Muslim Uighur 

Mike Pompeo berbicara di hadapan GP Ansor soal bahaya Komunis Tiongkok yang dituding melakukan penindasan terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.

Dalam acara yang dipandu oleh Yahya Cholil Staquf itu, Mike menyebut Komunis Tiongkok adalah ancaman bagi umat beragama.

Tidak hanya bagi penganut Agama Islam, tetapi juga pemeluk agama-agama lain seperti Buddha, Kristen, hingga Falun Gong.

"Ancaman terbesar bagi masa depan kebebasan beragama adalah perang Partai Komunis Tiongkok terhadap orang-orang dari umat manapun, Muslim, Buddha, Kristen, juga praktisi Falun Gong," tuturnya.

Baca Juga: Makna Planet Yang Mengatur Setiap Tanda Zodiak  

Mike memang sangat sering melontarkan komentar yang pedas terhadap Tiongkok, termasuk beberapa isu terkait Indonesia.

Menlu AS itu dengan tegas menyatakan kalau Tiongkok melanggar hukum internasional soal Laut China Selatan.

Ia juga menjadi penyambung lidah untuk penjatuhan sanksi terhadap Tiongkok atas dugaan genosida budaya terhadap Muslim Uighur.

Baca Juga: Update Sebaran Corona Global Sabtu 5 Desember 2020, Covid 19 Indonesia Naik Lagi di Posisi ke 20 

Namun, tuduhan-tuduhan ini selalu dibantah oleh pihak Tiongkok. Mereka mengatakan bahwa AS tidak berhak mencampuri urusan dalam negeri Tiongkok maupun masalah kawasan Asia Tenggara.

Tiongkok mengklaim Muslim Uighur bukan dimasukkan kamp konsentrasi melainkan kamp pelatihan deradikalisasi dan pengentasan kemiskinan.

Mike meminta GP Ansor, NU, dan Muslim di Indonesia untuk waspada terhadap klaim-klaim mereka.

Artikel ini sebelumnya telah dimuat di pikiran-rakyat.com dengan judul Ungkit Penindasan Muslim Uighur, Mike Pompeo Minta Indonesia Waspada Komunis Tiongkok

Baca Juga: Viral Video GMKI Dukung Papua Merdeka, Pengurus Sebut Hal Ini 

"Anda dan kita semua tahu bahwa tidak ada pembenaran atas pemberantasan terorisme dengan membuat Muslim Uighur memakan daging babi pada bulan Ramadhan, atau menghancurkan sebuah pemakaman Muslim," tegas Pompeo.

"Tidak ada pembenaran atas pengurangan kemiskinan dengan memaksa sterilisasi atau mengambil anak-anak dari orang tua mereka untuk diajar kembali di sekolah asrama yang dijalankan oleh negara," tambahnya.

Yahya Cholil Staquf menanggapi pernyataan Mike Pompeo dengan mengatakan kalau isu tersebut masih kabur.

Baca Juga: Update Corona Indonesia Sabtu 5 Desember: Sudah Sentuh 569.707 Kasus Positif COVID-19, Kawan! 

Khatib 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu menyatakan kalau informasi yang beredar bias oleh konflik Tiongkok-AS.

"Yang kita butuhkan sekarang adalah akses terhadap informasi yang faktual, dan kami menuntut semua pihak, Amerika maupun China, untuk jujur dalam hal ini [...] karena keadaannya saat ini jika mengecam China maka dianggap anti-Amerika, juga sebaliknya," kata Yahya usai acara berakhir.

Ia pun menegaskan kalau sikap NU terhadap persoalan Muslim Uighur belum diputuskan sampai final.

Baca Juga: Waduh, Sinetron Ikatan Cinta Terancam Turun Rating Kalau Hal Ini Terjadi, Penonton Kecewa 

Pihaknya masih terus menunggu fakta yang aktual, tidak terbiaskan oleh rivalitas AS-Tiongkok saat ini.

"Tetapi jelas, jika memang benar terjadi pelanggaran hak asasi (Muslim Uighur di Xinjiang, red), kami tidak akan tinggal diam sebagaimana selama ini kami tidak tinggal diam terhadap nasib rakyat Palestina," ujarnya.***(Mahbub Ridhoo Maulaa/PR)

Editor: Julian

Sumber: Al Jazeera Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah