ZONABANTEN.com - Pemerintah AS telah memerintahkan perusahaan NVIDIA, untuk berhenti menjual dua chip AI canggih ke China.
Adapun dua chip yang penjualannya dilarang oleh pemerintah AS untuk menyentuh negara Tirai Bambu tersebut diantaranya adalah chip A100 dan H100.
Baik chip A100 dan H100 diketahui memiliki manfaat besar dalam dunia industri, terutama untuk bidang pengenalan gambar yang akan mempercepat tugas pembelajaran mesin
Baca Juga: Harga Pertalite Naik? Buruan Daftar MyPertamina untuk Beli BBM Subsidi, Begini Caranya
Sementara itu, dilansir dari Yahoo News, larangan ini diberlakukan pemerintah AS, dengan maksud untuk menghambat kemajuan perusahaan-perusahaan China.
Pemerintah AS tampaknya cukup khawatir jika teknologi canggih ini nantinya akan jatuh ke tangan yang tidak tepat.
Perwakilan NVIDIA mengatakan bahwa pemerintah AS nampaknya berharap agar aturan baru ini dapat “mengatasi risiko bahwa produk yang dilindungi dapat digunakan atau dialihkan ke ‘penggunaan akhir militer’ di China”.
Baca Juga: Lirik Lagu Taylor Swift – The Best Day, yang Cocok untuk Didengarkan di Bulan September
Namun begitu, larangan penjualan ini tampaknya akan memberikan kerugian bagi perusahaan teknologi tersebut.
Kerugian NVIDIA diperkirakan bisa mencapai jutaan dollar, jika kebijakan ini tetap diberlakukan pemerintahan AS.
Pihak NVIDIA juga mengaku bahwa larangan ini kemungkinan akan mengganggu penyelesaian pembangunan, yang sedang dilakukan perusahaan tersebut.
Ketika dimintai komentar mengenai hal ini, Departemen Perdagangan AS masih belum memberikan detail mengenai kriteria baru tentang penjualan chip ke China.
Namun meski begitu, melalui laporannya kepada Reuters, Pemerintah AS kini sedang melakukan peninjauan kebijakan dan prakteknya, agar teknologi tersebut tidak disalahgunakan.
Baca Juga: Tes Psikologi: Berapa Banyak Anjing yang Kamu Lihat? Ketahui Usia Mentalmu
Ini menjadi tanda eskalasi besar terhadap tindakan keras Pemerintah AS, terhadap kemampuan teknologi China.
Terutama ketika ketegangan semakin menggelembung atas nasib Taiwan, yang mana hampir semua perusahaan di sana menggunakan produk mereka.***