Orang-orang Korea Selatan Mengalami Fenomena Panik 'Makan Siang' Setelah Pandemi Covid-19, Ada Apa?

5 Juni 2022, 16:31 WIB
Orang-orang Korea Selatan Mengalami Fenomena Panik “Makan Siang” Setelah Pandemi, Ada Apa? /Pexels @jimmyliao

ZONABANTEN.com - Orang-orang di Korea Selatan mengalami fenomena panik “Makan Siang” yang membuat mereka menderita saat ini.

Kepanikan “Makan Siang” ini telah menyebar di beberapa kota di Korea Selatan yang dimana dampak utamanya adalah kepada para pekerja kantoran yang ada di Korea Selatan.

Dilansir dari Korea Times pada Sabtu, 4 Juni 2022, pada hari Jumat lalu sekitar siang hari, persimpangan Gwanghwamun, Korea Selatan dibanjiri oleh para pekerja yang hendak makan siang.

Beberapa dari mereka berbaris di depan sebuah restoran mie dingin yang terkenal di Korea Selatan untuk mencoba istirahat dan makan siang di udara yang saat itu tengah terik.

Namun, siapa sangka orang-orang Korea Selatan justru mengalami kepanikan saat makan siang meskipun pandemi Covid-19 di negara Korea Selatan tersebut telah berakhir.

Fenomena panik “Makan Siang” ini tampaknya disebabkan oleh inflasi yang menyebabkan banyak restoran di Korea Selatan mengalami kesulitan yang akhirnya berdampak juga kepada para pelanggan.

Menurut data yang dirilis oleh Statistics Korea Jumat, harga konsumen naik 5,4 persen di bulan Mei dari tahun lalu, menandai kenaikan tertajam dalam 13 tahun sembilan bulan.

"Maaf untuk kenaikan 500 won untuk setiap item di menu, tapi ini karena inflasi," bunyi sebuah tanda yang dipasang di sebuah restoran Cina di dekat Stasiun Jonggak di Jalur Metro Seoul 1, Korea Selatan.

Hampir setiap restoran di dekat Stasiun Gwanghwamun menempelkan stiker di menu mereka untuk menunjukkan kenaikan harga yang disebabkan oleh inflasi ini.

Kepanikan “Makan Siang” orang-orang Korea Selatan ini diperoleh melalui sebuah survei yang diberikan terhadap 1.004 pekerja kantoran di Korea Selatan oleh Incruit.

Dalam survei tersebut mengatakan, 56 persen menjawab bahwa mereka merasa "beban berat" untuk makan siang di luar, sementara 39,5 persen merasa "sedikit terbebani". Hanya 0,2 persen yang menjawab tidak merasa terbebani sama sekali.

"Saya pikir saya menghabiskan rata-rata 13.000 won saat makan siang. Sekitar 9.000 won untuk makanan dan 4.000 untuk kopi," Lee Ga-young, seorang pekerja kantoran yang mengantri di depan sebuah restoran.

Badan Konsumen Korea juga mengatakan bahwa, biaya rata-rata 8.077 won untuk memiliki "kalguksu," atau sup mie, di Seoul, dibandingkan dengan 6.692 won pada tahun 2018. Dalam kasus "bibimbap," harga rata-rata naik menjadi 9.392 won dari 8.830 won selama periode yang sama.

Banyak para pekerja kantoran yang prihatin terkait dengan fenomena panik “Makan Siang” ini dikarenakan inflasi di Korea Selatan.

Mereka juga mengaku sangat khawatir tentang berapa lama inflasi di Korea Selatan akan berlangsung.***

Editor: Bunga Angeli

Sumber: Korea Times

Tags

Terkini

Terpopuler