ZONABANTEN.com – Sekitar 25 persen dari 72,5 ribu siswa Korea Selatan berpikir bahwa unifikasi dengan Korea Utara tidak dibutuhkan.
Dalam sebuah survei online yang melibatkan 72,5 ribu siswa SD, SMP, dan SMA di Korea Selatan, 25 persen dari seluruh penjawab menyatakan bahwa unifikasi dengan Korea Utara tak diperlukan.
Sementara sisanya menyatakan bahwa unifikasi dengan Korea Utara adalah langkah yang penting bagi Korea Selatan.
Baca Juga: 21 Fakta Livy Renata Anak Orang Kaya yang Sedang Banyak Dibicarakan
Survei tersebut diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kementerian Unifikasi Korea Selatan, dan berlangsung dari tanggal 1 November hingga 10 Desember.
Jumlah murid yang menentang persatuan antara kedua negara tersebut telah mengalami peningkatan selama 3 tahun berturut-turut.
Sebelumnya, 19,4 persen dari responden menolak unifikasi pada 2019, yang kemudian meningkat menjadi 24,2 persen pada tahun 2020.
Alasan terbanyak yang diberikan sebagai penolakan terhadap penyatuan adalah “beban ekonomi” dengan jumlah 29,8 persen, diikuti “potensi masalah sosial setelah penyatuan” di 25 persen, dan “perbedaan politik antara Selatan dan Utara” sebesar 17 persen.
Baca Juga: Anak Kos Wajib Coba! Inilah Resep Mie Instan Carbonara ala Devina Hermawan
Sementara mereka yang menginginkan unifikasi memberikan “pengurangan ancaman perang” sebagai alasan terbanyak dengan 27,2 persen.
Sekitar 25,5 persen responden memberikan jawaban “etnis yang sama”, sementara 20,9 persen lainnya menjawab “penyelesaian masalah antara keluarga yang terpisah”.
Selain itu, survey tersebut juga menunjukkan bahwa 52,6 persen dari seluruh pengisi menganggap Korea Utara sebagai pasangan kerjasama.
Angka tersebut menunjukkan penurunan sebanyak 2,1 persen dari jumlah pada tahun sebelumnya, yaitu 54,7 persen.
Baca Juga: BTOB Bagikan MV Teaser Kedua untuk Comebacknya!
27,1 persen dari responden mendukung opini bahwa Seoul harus dijaga dari Pyongyang. Jumlah tersebut 2,9 persen lebih tinggi dibanding angka sebelumnya.
Selain itu, beberapa responden menganggap bahwa hubungan antara kedua negara yang berbatasan tersebut masih tidak baik.
Sekitar 30,2 persen siswa tidak melihat kedamaian dalam hubungan antara kedua daerah. 21,1 persen lainnya berpendapat lain dan menyatakan bahwa ikatan keduanya terjalin dengan akur.
Setelah melalui perbandingan dengan hasil yang sempat didapat sebelum ini, terlihat bahwa tingkat penilaian negatif turun sebanyak 5 persen, sementara opini positif meningkat sebanyak 3,5 persen.***