Diktat Taliban Tentang Pakaian Wanita, Picu Gelombang Protes

26 Januari 2022, 19:00 WIB
Gelombang protes bermunculan ketika diktat Taliban mengenai pakaian wanita telah menyebar /

ZONABANTEN.com - Gelombang protes mulai tumbuh di Afghanistan, setelah Taliban mengeluarkan diktat berpakaian untuk wanita.

Diktat itu dituliskan oleh Taliban, sebagai dorongan setiap wanita Afghanistan untuk mengenakan burqa (kerudung seluruh tubuh yang menutupi wajah) ataupun jilbab.

Taliban menuliskan diktat dalam bentuk poster yang ditempelkan di sejumlah tempat umum seperti kafe ataupun pertokoan di Kabul.

“Menurut hukum Syariah, seorang wanita Muslim harus menaati penggunaan jilbab,” tulis poster-poster tersebut dengan disematkan gambar wanita berpakaian burqa biru ataupun hitam.

Baca Juga: China-Rusia Gabung Iran dalam Latihan Perang di Laut Arab, Respon untuk AS-Jepang di Laut China Selatan? 

Sebelumnya Taliban yang telah berkuasa kembali sejak bulan Agustus tahun lalu, sempat memberikan pernyataan bahwa aturan berpakaian tidak wajib, tetapi tetap bersikeras bahwa wanita harus tetap menutup tubuh.

Beberapa orang mengaku tidak mengerti tentang diktat yang dibuat. Ini karena bagi beberapa orang, Jilbab sudah menjadi pakaian sehari-hari.

Sementara yang lainnya beranggapan bahwa diktat tersebut merupakan bentuk dari pengekangan kebebasan.

“Sebagai perempuan Afghanistan, kami tahu hak dan kewajiban agama kami,” kata Jamila Afghani, seorang aktivis hak-hak perempuan dan mantan wakil menteri tenaga kerja dan urusan sosial.

Baca Juga: Masih Berpeluang Bela Celtic Musim ini, Kyogo Furuhashi Harus Menjalani Operasi 

“Seharusnya menjadi pilihan wanita untuk mengenakan apa yang dia inginkan,” kata Afghani meneruskan pernyataannya.

“Mereka seharusnya sibuk mengerjakan hal-hal yang lebih penting daripada pakaian wanita. Kebanyakan wanita sudah memakai cadar tradisional (selendang atau jilbab), jadi mengapa harus dibesarkan?” kata Afghani memprotes diktat tersebut.

Bagi beberapa rakyat Taliban, kampanye seperti itu merupakan obsesi dari Taliban terhadap hal-hal tidak penting di tengah kondisi krisis ekonomi yang semakin parah.***

Editor: Yuliansyah

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler