Perangi Wabah Covid-19, China kembali Lockdown Jutaan Warganya

11 Januari 2022, 21:35 WIB
China Kembali Terapkan Lockdown/pixabay /

ZONABANTEN.com - Jutaan orang di China diperintahkan untuk lockdown dan berdiam diri di rumah. Hong Kong telah melarang penumpang transit dari 150 tempat di China

Saat ini China terus memerangi wabah di beberapa provinsi beberapa minggu sebelum Olimpiade Musim Dingin. Pemerintah China terus menggalakan kebijakan dengan target Nol-Covid.

Komisi kesehatan nasional China melaporkan 110 kasus baru Covid-19 yang ditularkan secara lokal pada Senin, 10 Januari 2022.

Jumlah tersebut meliputi 87 kasus di provinsi Henan, 13 kasus di Shaanxi, dan 10 kasus di Tianjin.

Baca Juga: Keren! Film The Raid Bakal di-Remake Netflix dengan Michael Bay Sebagai Produsernya

Beberapa kasus di Henan mencakup setidaknya beberapa varian Omicron yang sangat menular.

Hal tersebut mendorong pemerintah me-lockdown lima juta penduduk di kota Anyang pada Senin malam.

Kota Anyang sendiri mencatat 58 dari 87 kasus Henan. Setidaknya dua kasus Omicron telah dikonfirmasi di kota itu dalam beberapa hari terakhir.

Menurut kantor berita Xinhua, penduduk Anyang telah diperintahkan untuk tinggal di rumah mereka dan dilarang mengemudi di jalan. Bisnis yang bukan sektor vital juga ditutup.

Baca Juga: Melalui Telemedicine, Kemenkes Upayakan untuk Lebih Fokus pada Penanganan Pasien Terkonfirmasi Omicron

Kota lain di Henan, Zhengzhou telah menutup sekolah dan taman kanak-kanak dan melarang makan di restoran sementara itu Yuzhou sudah menjalankan kebijakan lockdown.

Kota Xi'an di Cina utara berada dalam minggu ketiga lockdown ketat. Sementara Shenzhen di wilayah selatan telah menerapkan lockdown yang ditargetkan dari beberapa kompleks perumahan.

Transportasi umum dan jarak jauh telah dikurangi atau ditangguhkan di banyak kota di China. Kebijakan itu termasuk beberapa penerbangan dari AS.

Kota Tianjin menjadi perhatian khusus pihak berwenang karena kedekatannya dengan Beijing.

Baca Juga: UEE Ungkap Bagaimana Dirinya Menjaga Kesehatan di ‘Kim Shin Young’s Noon Song of Hope’

Para pejabat telah berjanji untuk memenuhi peran kota itu sebagai "parit" untuk melindungi ibu kota.

Dengan Olimpiade Musim Dingin yang sudah dekat, ada kekhawatiran dan desas-desus yang beredar tentang pembatasan yang lebih keras yang akan datang.

Pada hari Sabtu, 8 Januari 2022, seorang wanita berusia 39 tahun ditangkap karena diduga menyebarkan informasi palsu tentang rencana untuk menutup distrik pesta populer Beijing, Sanlitun.

Panitia penyelenggara Olimpiade di Beijing menolak desas-desus tentang rencana untuk menutup sebagian atau seluruh kota selama pertandingan.

Baca Juga: Sebaran Omicron Meluas, Amerika Serikat Tembus 1,35 Juta Kasus Covid-19 Perhari dan Pecahkan Rekor Global

Wakil direktur Huang Chun mengatakan varian Omicron menyebar dengan cepat di seluruh dunia.

Namun mereka telah menyiapkan sistem bubble tertutup untuk atlet, karyawan, dan orang lain yang hadir.

Pihak berwenang Hong Kong dilaporkan telah merencanakan untuk melarang semua penumpang transit internasional yang datang dari sekitar 150 tempat.

Bloomberg melaporkan pada hari Senin, 10 Januari 2022, larangan itu akan diperluas ke penumpang udara dari negara-negara "Grup A" yang telah ditetapkan berisiko tinggi mulai 15 Januari hingga 14 Februari.

Baca Juga: VAST Entertainment Menindak Tegas Cyberbullying Terhadap Aktris Kim Ji In, Agensi: Ini Tidak Bisa Diabaikan

Menurut Bloomberg, diplomat, pejabat pemerintah, atlet, dan staf yang bepergian ke Olimpiade akan dibebaskan dari larangan tersebut.

China berada di bawah tekanan untuk mempertahankan komitmen resminya terhadap strategi nol-Covid yang telah ditantang oleh wabah terbaru dan kasus Omicron.

Pada Desember pejabat mengklaim telah sepenuhnya memvaksinasi lebih dari 82% dari populasi negara tirai bambu tersebut.

Namun kemudian ada kekhawatiran bahwa Omicron memiliki kemampuan substansial untuk menghindari respon imun dan vaksin saat ini kurang efektif.

Baca Juga: Masyarakat Amerika Serikat Dianjurkan Tepis Perjalanan ke Kanada

China menggunakan Sinovac dan Sinopharm, dua vaksin yang dikembangkan dan diproduksi di dalam negeri berdasarkan virus yang tidak aktif.

Dr Daryl Cheng, pemimpin medis untuk pusat pendidikan vaksin Melbourne mengatakan ada kekhawatiran bahwa jenis vaksin ini tampaknya memiliki tingkat infeksi terobosan yang lebih tinggi dengan Omicron.

“Kami terjebak dalam badai yang sempurna pada saat Omicron sangat menular, dan di tempat-tempat seperti China di mana mereka mungkin memiliki tingkat infeksi terobosan yang lebih tinggi,” kata Cheng.

“Ini menempatkan populasi pada risiko infeksi yang signifikan … [dan] jika Anda menginginkan Covid-zero, itu memberi tekanan yang lebih tinggi pada sumber daya," ungkapnya.

Baca Juga: Resep Membuat Miso Soup Ala Restoran Jepang

Cheng mengatakan Sinovac dan Sinopharm dikembangkan sebelum Omicron muncul. Sehingga diprediksi efektivitasnya berkurang seperti yang terjadi pada vaksin terhadap variasi baru flu yang disesuaikan setiap tahun.

“Pertanyaannya adalah apakah booster lebih lanjut dari vaksin yang sama mencapai efektivitas yang lebih besar, dibandingkan perlu mencampur dan mencocokkan, versus mengembangkan versi vaksin tradisional yang lebih baru,” katanya.

“Ini adalah diskusi yang sangat kompleks dan multifaktorial karena Anda mungkin tidak memiliki waktu atau ketersediaan," lanjut Cheng.

Beberapa negara memberikan booster di atas dua dosis warga dengan jenis vaksin yang berbeda, seringkali jenis mRNA.

Baca Juga: 5 Makanan Ini Dapat Membantu Tubuh Menghasilkan Kolagen, yang Akan Membuat Kulit Lebih Sehat

China telah mengindikasikan akan menyetujui vaksin mRNA yang dikembangkan oleh Pfizer untuk penggunaan domestik pada tahun 2021 tetapi belum melakukannya.

Tidak ada vaksin mRNA yang disetujui untuk digunakan di Cina. Cheng mengatakan China mungkin sedang mengembangkan vaksin mRNA tetapi Omicron sudah menyebar dari hari ke hari.***

Editor: IDHY ADHYANINDA SUGENG MULYANDINI

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler