79 Persen Masyarakat Indonesia Gunakan Sinovac, Mampukah Melindungi dari Varian Omicron?

- 9 Februari 2022, 12:29 WIB
79% populasi di Indonesia menerima vaksin Sinovac, apakah mampu melawan dari varian Omicron? /Reuters/Dado Ruvic
79% populasi di Indonesia menerima vaksin Sinovac, apakah mampu melawan dari varian Omicron? /Reuters/Dado Ruvic /

ZONABANTEN.com - Sekitar 79% dari masyarakat yang divaksinasi di Indonesia telah menerima suntikan Sinovac, namun apakah mampu melindungi dari varian Omicron?

Kasus Covid-19 kembali melonjak di Indonesia yang mana pertanyaan tentang penggunaan Sinovac vaksin milik China setelah serangkaian penelitian menunjukkan bahwa vaksin yang paling umum digunakan di negara Asia Tenggara tidak cocok dengan varian Omicron.

Pada Selasa 8 Februari 2022, Indonesia mencatat 37.492 kasus baru Covid-19 yang dikonfirmasi, jumlah resmi tertinggi sejak gelombang Delta mulai mereda pada pertengahan Agustus.

Baca Juga: Tidak Seperti PCR, Hanya dalam 4 Menit Hasil Tes Covid 19 Sudah Dapat Diketahui, Simak Penjelasannya!

Menurut Our World in Data, Indonesia saat ini hanya mencapai target sebesar 45,9% dari target populasi 208 juta orang yang telah divaksinasi lengkap dibandingkan dengan rata-rata global yakni 53,4%.

Pada bulan Desember tahun lalu, para peneliti di Universitas Hong Kong dan Chinese University of Hong Kong menerbitkan sebuah penelitian yang menemukan dua dosis Sinovac tidak menghasilkan antibodi yang cukup untuk melawan Omicron.

Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa varian Omicron secara signifikan mengurangi efektivitas dua suntikan vaksin Pfizer BioNTech, tetapi penelitian tersebut menekankan bahwa booster Pfizer kemungkinan lebih efektif daripada dosis ketiga Sinovac.

Baca Juga: Muhammadiyah Mengecam Tindakan Represif Yang Terjadi di Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah

Studi lain oleh National Natural Science Foundation of China menunjukkan 'pengurangan yang signifikan' dalam kemanjuran booster dengan Sinopharm (milik Sinovac).

Dikutip dari Al Jazeera, semua vaksin terbukti kurang efektif melawan Omicron karena beberapa penelitian menemukan vaksin yang tidak aktif seperti Sinovac tidak menghasilkan antibodi penetral.

Namun jangan terlebih dulu khawatir.

Seorang ahli epidemiologi, Dr Dicky Budiman memberikan catatan positif terkait vaksin Sinovac ditengah badai Omicron yang melanda.

Seperti diketahui ia memperingatkan akan ada gelombang tinggi dari penyebaran Omicron di Indonesia.

Baca Juga: Update Covid-19 Global Rabu, 9 Februari 2022 : Kabar Buruk! Korea Selatan Digilas Omicron, Capai Rekor Baru

“Kasus harian akan 10x lebih buruk dari gelombang kedua, tetapi untuk rawat inap di rumah sakit hanya setengahnya," ujarnya

"Namun sebagai catatan positif, tingginya jumlah infeksi yang menyebar selama gelombang kedua yakni varian Delta memberikan kita kekebalan untuk saat ini," tambahnya.

Selain itu Dicky menambahkan adanya hal baik dari penyebaran Delta pada bulan Juli, sebab penyintas yang telah menerima Sinovac akan memiliki beberapa tingkat kekebalan.

“Saya tidak setuju dengan istilah 'kekebalan super' karena bisa menyesatkan. Penelitian terbaru menunjukkan korban Omicron dapat terinfeksi kembali dengan strain BA2 Omicron,” jelasnya.

Baca Juga: Peroleh Sorotan Secara Global, TikTok Lakukan Test Konten dengan Pembatasan Usia

Namun cakupan vaksinasi di Indonesia yang terfokus di Jawa dan Bali bisa menimbulkan masalah di pulau-pulau lain dengan tingkat vaksinasi rendah.

Negara-negara Barat telah meningkatkan program booster untuk memerangi gelombang Omicron dan Indonesia mulai meluncurkan program booster bulan lalu tetapi sejauh ini hanya menginokulasi 1,9% dari populasi target.

Tiga studi baru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat pada bulan Januari juga menemukan bahwa suntikan booster Pfizer efektif dalam mencegah penularan Omicron.

Dr. Nadia Wiweko, Juru Bicara Kementerian Kesehatan untuk vaksinasi Covid-19, mengatakan Indonesia berencana untuk memberikan booster vaksin AstraZeneca atau Pfizer kepada mereka yang disuntik ganda dengan Sinovac.

Baca Juga: Menurut Presiden RI, Jokowi, Kritik dan Saran dari Insan Pers Sangat Penting

Dr. Amin Soebandrio, direktur Institut Eijkman mengutip penelitian baru Kementerian Kesehatan yang didasarkan pada argumen Budiman bahwa orang Indonesia sudah memiliki kekebalan karena infeksi massal selama wabah Delta pada bulan Juli.

“Ditemukan 70% subjek uji yang tidak memiliki riwayat Covid-19 dan sudah divaksinasi memiliki tingkat antibodi. Sedangkan pada penyintas Covid-19 yang juga sudah divaksinasi lebih dari 90% memiliki antibodi yang dapat dideteksi,” ujar Amin Soebandrio.

“Berdasarkan data ini, saya kira masyarakat Indonesia tidak akan dirugikan karena divaksinasi Sinovac versus vaksin messenger-RNA, karena tingkat antibodinya sudah tinggi,” lanjutnya.

Ia menambahkan Omicron sudah menjadi varian dominan yang dilaporkan di Indonesia, terhitung lebih dari 90% kasus yang dilaporkan.

Baca Juga: Wadas Mencekam! Anak Gus Dur Alissa Wahid Singgung Ganjar Pranowo Hingga Kapolda Jawa Tengah

Sebagian besar yang terinfeksi menurut Amin hanya mengalami gejala ringan atau asimtomatik dan jumlah mereka yang membutuhkan rawat inap tidak akan sebanyak gelombang kedua.

Dr Leong Hoe Nam, seorang spesialis penyakit menular di Klinik Rophi Singapura, sebagian setuju dengan alasan sebelumnya.

“Jawaban singkatnya adalah masyarakat Indonesia dirugikan dengan penggunaan vaksin China yang kurang efektif sebagai pengganti vaksin messenger-RNA,” ujarnya.

“Tetapi keberuntungan adalah karena Omicron ternyata secara anekdot menjadi jauh lebih ringan bahkan bagi mereka yang divaksinasi dengan vaksin yang tidak aktif," tambahnya.***

Editor: IDHY ADHYANINDA SUGENG MULYANDINI

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah