Waspada! Jangan Isolasi Mandiri Tanpa Berkonsultasi dengan Dokter Jika Tak Ingin Hal Ini Terjadi

- 11 Februari 2021, 14:02 WIB
Ilustrasi isolasi mandiri. (Pexels/Vlada Karpovich)
Ilustrasi isolasi mandiri. (Pexels/Vlada Karpovich) /Pexels/Vlada Karpovich

ZONA BANTEN - Sudah sering kita mendengar istilah isolasi mandiri sejal pandemi mewabah di negeri kita. Namun Dokter spesialis penyakit dalam Sayuri Suwandi tidak menganjurkan pasien Covid-19 yang tidak bergejala untuk melakukan isolasi mandiri di rumah tanpa berkonsultasi kepada dokter untuk mencegah hal yang tidak diinginkan.

Meskipun merasa tidak mengalami gejala apapun, atau hanya muncul gejala ringan, memeriksakan diri kepada dokter merupakan hal penting.

"Banyak kejadian bahwa pasien isolasi mandiri sendiri, dia berasa bahwa dia OTG (orang tanpa gejala), dia berasa tidak ada gejala sama sekali, gejalanya ringan, tahu-tahu drop," kata Sayuri dalam instagram live di akun @kawalcovid19.id, dikutip Kamis.

Baca Juga: Pencairan Berlanjut di 2021, Cukup Siapkan NIK untuk Cek Penerima BLT UMKM Rp2,4 Juta via eform.bri.co.id/bpum

Karena ketika pasien baru dilarikan ke rumah sakit ketika kondisinya sudah menurun, otomatis pengobatannya pun semakin sulit.

Dengan alasan itulah dokter Sayuri mengatakan, pasien yang sudah terkonfirmasi positif Covid-19 harus berkonsultasi ke dokter sebagai langkah pertama. Carilah dokter terdekat agar bisa ditangani secara cepat.

Bila belum sempat berkonsultasi dengan dokter spesialis paru, cari dokter yang bisa menangani secepat mungkin, termasuk dokter umum.

Baca Juga: Jangan Asal Tidur, 6 Hal Ini Sangat Berpengaruh Agar Kulit Tetap Segar di Pagi Hari

"Kalau misalnya adanya dokter paru atau penyakit dalam silahkan boleh. Yang penting dia memang update ilmu terhadap Covid-19," lanjutnya.

Dokter akan mengevaluasi kondisi pasien, kemudian menentukan apakah yang bersangkutan bisa melakukan isolasi mandiri, diisolasi di fasilitas seperti Wisma Atlet atau harus dirawat di rumah sakit.

Dokter juga akan memutuskan apakan pasien harus diperiksa lebih lanjut atau diizinkan isolasi mandiri tanpa pemeriksaan lanjutan.

Baca Juga: Raksasa Kartu Kredit Mastercard Akan Membuka Jaringan Untuk beberapa Mata Uang Kripto

Meskipun didalam rumah, tetaplah memakai masker, tidur harus terpisah. Pastikan jarak minimal 1,8 meter dengan orang lain bila terpaksa tidur di tempat yang berdekatan.

"Dan kalau memang memungkinkan tidur itu jangan kepala ketemu kepala, tapi kepala sama kaki. Jadi, mengurangi paparan. Meskipun hal tu adalah cara yang sebenarnya tidak dianjurkan, tetapi kalau memang kondisinya benar-benar tidak memungkinkan, ya satu-satunya cara yang kita usahakan seperti itu." katanya lagi.

Baca Juga: Mudah Ditemukan! 9 Makanan Ini Dapat Membantu Tekanan Darah Menjadi Lebih Sehat

Lain halnya jika sama-sama positif Covid-19 dengan anggota keluarga lainnya, Anda masih bisa tidur berdekatan di rumah. Selain itu, sebisa mungkin tidak memasang pendingin udara.

Lebih baik membuka jendela agar ada sirkulasi udara. Bila pendingin udara dipakai di ruangan kecil, udara yang berada di rumah berputar-putar tidak berganti dengan udara segar, berpotensi menularkan virus ke penjuru rumah.

Cara isolasi mandiri

  1. Bila pasien melakukan isolasi mandiri, pastikan untuk memegang kontak tenaga kesehatan yang bisa dihubungi sewaktu-waktu jika ada keadaan darurat.
  2. Apabila muncul keluhan, hubungi dokter yang sudah mengetahui kondisi Anda agar tenaga kesehatan bisa tetap mengawasi meski tidak berada di tempat isolasi.
  3. Jangan lupa untuk menyaring informasi sehingga tidak kebingungan saat menjalani isolasi mandiri, dan pastikan update informasi dari sumber terpercaya.

Baca Juga: Panggilan Telepon Pertama Biden untuk Xi Jinping, Angkat Isu Hong Kong dan Muslim Uighur

"Saya biasa menganjurkan pasien pegang satu nomor dokter yang Anda percaya. Jadi, kalau misalnya ada apa-apa, Anda bisa kontak sama dokter itu supaya jangan sampai Anda dapat informasi yang simpang siur.”

Selain itu pastikan pasien Covid-19 yang tidak punya komorbid harus menyediakan alat-alat mendasar seperti termometer untuk mengukur suhu minimal dua kali sehari, pada pagi dan sore atau pagi dan malam.

Pengukuran suhu juga bisa dilakukan tiga kali pada pagi, siang dan malam dan jangan lupa untuk selalu mencatat suhu tubuh secara rutin untuk melihat kurva grafik suhu tubuh.

Baca Juga: Waspada! Stres dan Kurang Tidur Menyebabkan Gejala Seperti Gegar Otak, Menurut Studi Terbaru

Selanjutnya adalah oksimeter, alat pengukur kadar saturasi oksigen. Alat ini bisa memantau apakah pasien memiliki kadar saturasi oksigen rendah tapi tidak merasa sesak.***

Editor: Bunga Angeli

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah