Dampak Jangka Panjang dari Insomnia, Bisa Picu Stroke Hingga Gangguan Kesehatan Mental

- 25 November 2020, 10:18 WIB
Insomnia
Insomnia /Freepik

ZONABANTEN.com - Istirahat dan tidur telah menjadi kebutuhan fisiologis bagi manusia. Mereka umumnya membutuhkan 6-8 jam perhari untuk mendapatkan kualitas tidur yang efektif. Namun, semakin bertambahnya usia semakin sulitm untuk mendapatkan kualitas tidur yang efektif.

Kondisi dimana seseorang tidak bisa mendapatkan tidur yang berkualitas ini seringkali disebut sebagai insomnia. Istilah insomnia digunakan dalam berbagai cara dalam literatur medis dan pers populer. Paling sering, insomnia ditentukan oleh adanya laporan individu tentang kesulitan tidur.

Terdapat 2 jenis insomnia, yaitu insomnia primer (seseorang yang mengalami masalah tidur yang tidak terkait langsung dengan masalah kesehatan lain), dan insomnia sekunder (seseorang mengalami masalah tidur karena kondisi kesehatan seperti asma, depresi, nyeri ulu hati, dan lainnya). Gangguan insomnia akan meningkat seiring bertambahnya usia.

Baca Juga: 7 Ide Merayakan Hari Guru Nasional di Tengah Pandemi, Sederhana dan Kreatif! Buat Guru Bahagia

Insomnia apa yang memenuhi syarat untuk dianggap sebagai gangguan? Gangguan adalah suatu kondisi yang terkait dengan konsekuensi negatif dan konsekuensi ini bukanlah hasil normal dari kondisi tersebut. Insomnia dikategorikan sebagai gangguan ketika ia sudah pada taraf yang tidak normal hingga menghasilkan konsekuensi yang negatif.

Hal tersebut karena banyaknya faktor yang mempengaruhi, seperti stress dan kecemasan yang dapat menimbulkan insomnia. Faktor lain yang menyebabkan individu mengalami insomnia yaitu, depresi, efek samping pengobatan, kelainan-kelainan kronis, pengaruh kafein, nikotin, dan alkohol.

Insomnia apabila diderita dalam jangka panjang, maka dapat menyebabkan penyakit kronis seperti hipertensi, kanker, dan stroke. Dampak lain yang tak kalah berbahaya adalah masalah kesehatan mental hingga kecelakaan yang bisa dialami kapan saja akibat rasa kantuk yang parah.

Baca Juga: Nikmati Gratis Ongkir Sepuasnya dan Cashback Kilat di Shopee Gajian Sale!

Insomnia membuat seseorang lebih mudah cemas atau khawatir terhadap sesuatu. Akibat kurang tidur, hormon kortisol yang dikenal dengan hormon stres akan semakin meningkat. Detak jantung dan tekanan darah tinggi juga meningkat. Mengatasi stres bisa menjadi salah satu cara mencegah insomnia.

Menurut ahli gangguan tidur, Profesor Throne, kurang tidur benar-benar dapat memengaruhi kesehatan otak. Penelitian menunjukkan, orang yang insomnia cenderung akan sangat sensitif sehingga mudah marah denga hal-hal yang sepele dan suasana hatinya kurang positif.

Menurut beberapa ilmuwan, kondisi itu terjadi karena kurang tidur mempengaruhi amigdala, bagian otak yang terkait dengan emosi.

Para ahli mengatakan bahwa perempuan lebih dominan menderita insomnia daripada laki-laki. Hal tersebut karena faktor hormonal, cemas, mudah depresi, serta perempuan lebih peka perasaannya daripada laki-laki.

***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: NCBI


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah