Baca Juga: Prediksi Cuaca Wilayah D.I Yogyakarta, tanggal 29 Maret 2023
Hal tersebut dipengaruhi oleh keteraturan waktu saat berpuasa. Ketika berpuasa segala aktivitas cenderung telah terjadwal, termasuk jam makan. Kita telah mengetahui jadwal sahur adalah sebelum waktu subuh, lanjut dengan beribadah dan melakukan aktivitas normal di pagi hari. Selanjutnya kita akan berbuka waktu Magrib.
Keteraturan jadwal saat puasa Ramadhan ini membantu tubuh menjaga hormon kortisol yang berhubungan dengan respon tubuh terhadap stres.
Baca Juga: Bubur Kanji Rumbi Disediakan Sebagai Menu Berbuka di Masjid Raya Aceh Medan
Berpuasa di bulan Ramadhan membantu proses peremajaan otak. Karena saat berpuasa tubuh serta otak mengalami proses rejuvenation atau peremajaan. Proses peremajaan membantu menghilangkan sel-sel yang sakit dan menyisakan jaringan yang sehat.
Fakta terakhir tentang relasi puasa dengan kesehatan mental adalah puasa dapat mengurangi tingkat depresi seseorang.
Dilansir dari Aljazeera, Michael Mosley, penulis buku The Fast Diet menyebut puasa dapat menyebabkan pelepasan BDNF di otak.
BDNF (Brain-Derived Neurotrophic Factor) adalah sistem saraf yang bekerja untuk mendukung sel saraf yang sudah ada dan mendorong terbentuknya sel saraf baru.
Peningkatan BNDF saat berpuasa berdampak pada peningkatan suasana hari, tingkat kewaspadaan, dan perasaan bahagia. Dampak yang dihasilkan oleh BNDF saat berpuasa terbukti dapat mengurangi gangguan kecemasan dan depresi.***