The Psychology Of Money, Mengupas Tuntas Finansial Dari Sudut Pandang Psikologi

28 Februari 2022, 22:35 WIB
the psychology of money, mengupas tuntas finansial/ pixabay/ stevepb/ /

ZONABANTEN.com—Jarang ada buku yang membahas tentang uang atau finansial dari sudut pandang manusia atau psikologi, namun ada satu buku yang mengupas tuntas tentang finansial yaitu The Psychology Of Money.

Buku The Psychology Of Money yang ditulis oleh Morgan Housel, patnert di Collaborative Fund dan mantan kolumnis di The Motley Fool dan The Wall Street Journal.

The Psychology Of Money menjadi buku international best seller dalam waktu kurang dari satu tahun, dan telah diterjemahkan dalam 26 bahasa salah satunya Indonesia. 

Dalam buku tersebut dikatakan bahwa kesuksesan finansial bukanlah ilmu yang sulit. Menurut Morgan penulis buku tersebut kesuksesan dalam mengelola uang adalah soft skill atau dapat disebut psikologi uang.

Bukan tentang seberapa pintar seseorang, akan tetapi tentang pengulangan dan kebiasaan dalam mengelola uang. 

Baca Juga: Ramalan Zodiak Pisces, Selasa 1 Maret 2022: Saatnya Keluar dari Zona Nyaman

Salah satu poin penting dalam buku Morgan Housel tersebut adalah seseorang tidak bisa cepat menghakimi cara berpikir dan karakter seseorang berdasarkan pengeluarannya.

Sebab, bisa jadi starting poinnya sudah berbeda, dibesarkan ditengah keluarga yang berbeda, dengan situasi finansial global yang berbeda.

Hingga membuat cara berpikir seseorang dalam memperlakukan uang juga berbeda. 

Bagi orang tua, bekerja di perusahaan tetap untuk jangka waktu yang lama, memiliki rumah, dan gaji tinggi mungkin adalah standar dari kemapanan.

Di zaman sekarang dengan kecanggihan teknologi dan cepatnya informasi, anak muda di umur yang kurang lebih sama akan mencari tempat kerja yang membuat mereka tumbuh, belajar, berkembang, network yang luas.

Meskipun bisa jadi dari sisi penghasilan gaji tidak terlalu besar. Tentu hal tersebut membuat cara berpikir tentang finansial anak muda di zaman ini dengan orang tuanya berbeda.

Dalam buku The Psychology Of Money Morgan menyimpulkan dua hal, pertama secara eksternal seseorang tidak akan mudah menghakimi orang lain berdasarkan cara seseorang menggunakan uang.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Aquarius, Selasa 1 Maret 2022: Sebarkan Perasaan Positif dan Semangat Pada Rekan Kerja

Kedua, secara internal seseorang tidak akan mudah untuk membandingkan diri dengan orang lain, karena ia tahu bahwa kondisi, keberuntungan, serta situasi sosial yang berbeda.

Namun tiga hal yang pasti, pertama seseorang dapat melihat apa yang orang lain lakukan hingga sampai pada suatu titik kesuksesan.

Kedua, nilai apa yang dipegangnya serta dari mana mindset tersebut terbentuk dalam pikirannya. Dan yang ketiga, lingkungan apa yang membentuknya hingga memiliki karakter yang demikian.

Ada tiga ide utama dalam buku The Psychology Of Money yang ditulis oleh Morgan Housel. Ide yang pertama adalah kekayaan tidak datang dengan cepat, semua membutuhkan proses. 

Salah satu poin yang sering diulang Morgan dalam bukunya yaitu mempertahankan lebih sulit dari pada mendapatkan.

Tidak sedikit orang-orang terkaya di dunia seperti Jeff Bezos, Warren Buffett, Bill Gates, dan Elon Musk yang membicarakan tentang kekayaannya.

Namun sedikit yang mengulas tentang kebiasaan apa yang membuat mereka dapat menjadi demikian.

Setelah diteliti ternyata mereka mempunyai tiga kebiasaan yang sama, yaitu pertama konsisten menabung dan berinvestasi sejak kecil. kedua, merea ahli dibidangnya, dan ketiga, mereka semua adalah pemimpin.

Baca Juga: Boba Rempah by Chef Rudy Choirudin, Kenyalnya Boba Bikin Ketagihan

Ciri pemimpi adalah mereka berani menetapkan goal yang besar yang melampaui zamannya, berani menebusnya dengan effort yang di atas rata-rata, bekerja lebih keras, lebih cepat dan lebih cerdas.

Serta terus belajar, bergerak, keep learning, keep doing and moving toward that goal. Semua yang mereka kerjakan mengarah pada mimpi tersebut. 

Dengan kata lain, atas nama sukses tidak ada proses yang dapat diloncati begitu saja menuju kesuksesan.

Ide utama yang kedua adalah dividen atau keuntungan tertinggi dari uang adalah waktu. Ada satu kalimat yang ditulis Morgan dalam bukunya.

“Money’s greatest intrinsic value and this can’t be overstated, its ability to give you control over your time, using your money to buy time and options has a lifestyle benefit few luxury gods can compete with.”

Alasan dibalik kalimat Morgan sebetulnya sederhana, karena semua orang tentu menginginkan hidup bahagia dan berarti.

Baca Juga: PSIS Semarang Kantongi Tiga Poin Usai Kalahkan Persikabo 1973 1–0 di Liga 1 Indonesia

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa, penghasilan seseorang mengalami penurunan yang drastis terhadap kebahagiaan seseorang pada titik tertentu.

Semakin besar jumlah uang yang dihasilkan, tidak lagi memberikan kebahagiaan yang sama seperti saat pertama kali seseorang mendapatkannya.

Hal tersebut sejalan dengan hukum ekonomi yang mengatakan bahwa, pembelian kedua atau ketiga akan memberikan kepuasan atau kebahagiaan yang berbeda.

Menurut Morgan lebih baik menukar sejumlah uang untuk mendapatkan waktu. Sehingga seseorang dapat berkumpul bersama keluarga, untuk melakukan sesuatu yang disenangi, atau yang lainnya.

Sebab, seseorang akan selalu bisa membuat atau mendapatkan uang lebih banyak. Namun, seseorang tidak bisa membuat atau menciptakan lebih banyak waktu.

Apapun profesi seseorang, apapun makanannya, dan berapapun jumlah hartanya tidak akan dapat menambah waktu yang dimilikinya, dalam sehari ia hanya akan memiliki waktu yang sama 24 jam.

Baca Juga: Lagu Penutup ‘My Teenage Girl’ Diduga Plagiarism ‘WAVE’ Milik ATEZZ

Ide utama ketia adalah Enough is enough, cukup ya cukup. Saat banyak buku finansial memberikan rumus bahwa tabungan adalah pemasukan dikurangi pengeluaran.

Morgan dalam bukunya mengatakan bahwa, tabungan adalah pemasukan dikurangi ego. Hal tersebut sangat sejalan dengan yang terjadi di lapangan.

Dari penghasilan seseorang dalam sebulan jika dipetakan antara kebutuhan dengan keinginan atau ego, hasil menunjukkan bahwa seseorang lebih banyak mengeluarkan uangnya untuk ego atau keinginan semata.

Ketika seseorang mampu mengendalikan ego, maka ketika ia mengatakan cukup maka akan cukup. Menerapkan asas efektivitas, fungsionalitas, dan efisiensi akan memudahkan seseorang dalam mengatur pengeluarannya.***

Editor: Bayu Kurniya Sandi

Sumber: YouTube Sherly Annavita Rahmi

Tags

Terkini

Terpopuler