Akhirnya, beliau memutuskan untuk menggunakan uang tersebut untuk menutupi dana kegiatan, bahkan tanpa sepengetahuan keluarganya sekalipun.
“Ketika itu, yang akhirnya tanpa sepengetahuan keluarga pun, karena kebutuhan mendesak, krtika ituharlah mau tidak mau mengeluarkan uang, akhirnya uang yang untuk membangun rumah habis dipakai untuk kegiatan harlah,” tuturnya.
“Karena ketika itu, PWNU memang ada anggaran, 124 juta, tapi habisnya itu 786 juta 3 ratus ribu,” lanjutnya.
“Otomatis dengan waktu kamis jumat sabtu, kita haru cari duit, daripda cari cari nggak ada udah yang ada.”
KH Bunyamin baru bercerita penggunaan uang tersebut kepada keluarganya seminggu kemudian. Padahal, menurutnya, saat itu sang anak sudah membagikan posisi dan tempat untuk kamarnya.
“Akhirnya setelah selesai, seminggu kemudian saya baru cerita sama keluarga, sama istri, bangun rumah belum jadi, padahal anak saya, sudah menunjukkan ini teteh bakal disini, kamar bakal disisni, ini yang disini,” ungkapnya.
“Saya sampaikan ke keluarga dan itu, alhamdulillah semua juga menerima tidak ada yang protes.”
Beliau beranggapan, untuk berkhidmat selalu harus ada perjuangan dan pengorbanan termasuk di Nahdlatul Ulama (NU).