Network
ZONABANTEN.com – Iti Octavia, Bupati Lebak, prihatin dengan kasus pembunuhan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di wilayah Lebak yang melibatkan pelajar Sekolah Dasar (SD) dan pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Iti Octavia pun heran melihat maraknya kriminalitas yang dilakukan anak-anak di bawah umur, seperti kasus pembunuhan ODGJ di Lebak yang melibatkan pelajar SD dan SMP tersebut.
“Kita serahkan semuanya pada hukum, sekarang ini anak-anak kita kok sudah pada kriminal ya?” kata Iti Octavia, dilansir dari Kabar Banten pada Rabu, 21 Juni 2023.
Iti menuturkan bahwa kasus tersebut menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi pemerintah untuk membina anak-anak dengan baik dan memberikan pendidikan karakter pada mereka.
Iti mengatakan bahwa Kabupaten Lebak sudah memiliki Peraturan Daerah (Perda) tentang pendidikan karakter anak sejak usia dini.
Baca Juga: Ada Parade Kerbau, Festival Seni Multatuli 2023 di Lebak Berlangsung Meriah
“Kita ada Perda Ponpes, Perda Magrib Mengaji, Perda Madrasah Diniyah, semoga ini bisa menjadi penguatan anak-anak kita,” ujarnya.
Iti berharap peraturan-peraturan tersebut mampu meminimalkan tindakan kriminal yang dilakukan anak-anak atau remaja yang cenderung senang mencoba hal-hal baru.
Iti menyayangkan tindakan kriminal yang dilakukan anak-anak dan remaja di wilayah Lebak, seperti di Kecamatan Bayah. Ia mengatakan bahwa para pelaku kejahatan tersebut tidak berperikemanusiaan.
“Tapi bukan berarti mencoba hal-hal baru dengan menghilangkan nyawa seseorang, jadi simpati dan empati kalau dilihat di Bayah tidak ada, sudah tidak memiliki jiwa kemanusiaan,” tuturnya.
Informasi ini juga bisa Anda baca di Kabar Banten dalam artikel berjudul Kasus Pembunuhan ODGJ Libatkan Pelajar SD SMP, Bupati Lebak Iti Octavia Prihatin.
Baca Juga: 7 Desa di Pandeglang dan Lebak Masuk Kategori Sangat Tertinggal, Berikut Daftarnya
Maman Suryawan, Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, mengatakan bahwa pihaknya akan mendampingi pelajar SD dan SMP yang menjadi pelaku pembunuhan ODGJ tersebut.
Pasalnya, mereka masih di bawah umur dan dua di antaranya bahkan masih duduk di bangku kelas 6 SD.
“Kita akan melakukan pendampingan bagi tumbuh kembang anak tersebut di kemudian hari, akan dilakukan kerja sama dengan Komisi Perlindungan Anak,” katanya.
Menurut Maman, para pelajar tersebut memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang dengan layak meskipun mereka adalah pelaku pembunuhan.
“Tumbuh kembang anak harus baik, terlepas dari apa yang dilakukannya. Pendampingan akan dilakukan oleh psikiater,” ujarnya.*** (KabarBanten.com)
