Network
ZONABANTEN.com - Berjarak sekira 50 meter dari Gedung Pemerintahan Kota (Pemkot) Kota Tangerang Selatan (Tangsel), tidak berarti mendapatkan akses perhatian lebih. Hal itu nyata dari kisah Ibu Neneng Nurhayati, yang harus berjualan gorengan, hingga menjadi buruh cuci.
"Saya sudah mengajukan bantuan untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), tapi ditolak dengan alasan saya pedagang keliling. Jadi ya sudah, begini saja saya jalani. Mencari tambahannya jadi kuli cuci dan gosok di Perumahan Cendana," kata Neneng Nurhayati, yang tidak digubuk berukuran 2x3 meter tersebut, Senin 23 November 2020.
Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Indonesia Development Research (IDR) Fathorrahman Fadli mengungkapkan, pemerintah harus memberikan solusi bagi warga, terlebih yang berdampingan dengan Pusat Pemerintahan (Puspem).
Baca Juga: Pemerintah Resmi Umumkan Rencana Seleksi PPPK untuk Guru Honorer di 2021
"Salah satu ukuran keberhasilan Kepala Daerah adalah bagaimana memberikan solusi dalam menekan angka kemiskinan. Pemerintah harus lebih dahulu memperhatikan lingkungan sekitarnya. Sekitar kantornya (Walikota Tangsel)," kata Fathorrahman Fadli, saat dihubungi wartawan.
Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Pamulang (Unpam) ini pun berujar, solusi bagi warga di lingkungannya itu, bagaimana memberikan kemudahan akses permodalan, agar warga di sekitar Puspem Kota Tangsel itu, dapat berwirausaha.
Baca Juga: Ingin Lakukan Tes Covid-19 di Rumah? Ketahui Dulu Berikut Jenis hingga Efektivitasnya
"Yang paling penting itu, bagaimana Walikota memberikan akses kemudahan permodalan. Sehingga, Pemkot Tangsel dapat menciptakan wirausahawan ditengah Pandemi seperti saat ini," ujarnya.
"Tidak perlu memberikan pekerjaan, cukup berikan pelatihan pelatihan. Bagaimana mengembangkan usaha, berikan kemudahan modal, agar mereka juga bisa menciptakan lapangan pekerjaan, bagi warga sekitarnya," tandasnya.
