Satu Pesawat dengan Penumpang Positif COVID-19, Timnas Indonesia 'Dilarang' Tampil di All England

- 20 Maret 2021, 11:06 WIB
Profil Atlet Bulu Tangkis Indonesia Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan
Profil Atlet Bulu Tangkis Indonesia Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan /Instagram @hendrasansan/

ZONABANTEN.com - Akibat pandemi COVID-19 memang membuat semua sektor terganggu, termasuk bidang olahraga, bahkan menghambat penampilan Timnas Bulu Tangkis Indonesia yang akan tampil di All England.

Padahal sebelumnya Tim Indonesia, Skuad Merah Putih langsung tampil gagah yang ditandai dengan keberhasilan peraih medali emas Asian Games 2018, Jonatan Christie mengamankan babak pertama atas tunggal putra Thailand, Kunlavut Vitidsarn.

Wakil Indonesia pada ganda putra, dua pasangan yang menempati 1 dan 2 dunia, yaitu Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, juga sukses mendepak dua wakil tuan rumah dari turnamen bulu tangkis tertua di dunia ini.

Akibat virus COVID-19, perjuangan dan penantian timnas bulu tangkis Indonesia untuk turun dalam turnamen bergengsi internasional akhirnya terpenuhi saat mereka tampil dalam All England 2021 setelah "mendekam" selama satu tahun di dalam negeri.

Baca Juga: Perubahan Nama Baru Mantan Atlet Voli Manganang diajukan Melalui Pengadilan

Namun kenyataan memalukan bagi aksi timnas yang sedang naik itu berakhir secara dramatis saat mereka digiring keluar dari arena karena penelusuran kontak oleh otoritas kesehatan Inggris membuktikan mereka satu pesawat dengan salah seorang penumpang yang positif COVID-19 dalam penerbangan ke Birmingham.

Tim Indonesia Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, dan Anthony Sinisuka Ginting yang semestinya tampil hari itu pun gagal unjuk gigi.

Selain itu kenyataan di lokasi terutama perbedaan perlakuan bagi Timnas Indonesia, menurut penuturan Praveen Jordan dalam unggahan akun media sosialnya, timnas tidak difasilitasi bus untuk kembali ke hotel dari Utilita Arena Birmingham, namun harus berjalan kaki.

Adanya pernyataan ini sontak memunculkan protes keras dari ofisial yang mendampingi atlet karena keputusan yang sangat tiba-tiba.

Tentu saja PBSI sebagai induk organisasi turut meradang mendengar hal itu. Mereka menggandeng Kementerian Luar Negeri RI untuk mencari solusi diplomasi.

Baca Juga: Harus Jalani Isolasi Mandiri di Birmingham, Tim Bulutangkis Indonesia Gagal Tampil di Yonex All England 2021

Keputusan Sepihak Tanpa Konfirmasi

Semua keputusan yang dilakukan untuk menarik tim Indonesia dari All England memunculkan kecurigaan karena timnas mendapat perlakuan diskriminatif dari panitia pelaksana.

Seluruh anggota timnas diminta menjalani isolasi di hotel selama 10 hari dan tidak lagi mempunyai kesempatan untuk kembali bertanding.

Namun anehnya, sebelum hari pelaksanaan ada sejumlah peserta yang dinyatakan positif COVID-19, namun kurang dari 24 jam mereka dinyatakan negatif dan bisa ikut berlaga.

Sementara itu dari hasil uji usap PCR terhadap timnas yang dilakukan dua kali di Birmingham menunjukkan kedua hasil tes itu negatif.

Ketua Umum PP PBSI Agung Firman Sampurna masih menantikan keterangan resmi Badan Layanan Kesehatan Inggris (NHS) untuk memberi informasi siapa penumpang pesawat yang dimaksud.

PBSI menuding NHS bertanggung jawab karena menjadi pihak yang menyebabkan timnas Indonesia ditarik oleh BWF dari All England.

Baca Juga: Tottenham Hotspur Gagal di Liga Europa, Jose Mourinho Masuk Ruang Ganti Lawan

Padahal selain mengikuti uji PCR di Birmingham, anggota timnas yang berangkat juga sudah menjalani dua kali suntik vaksin di Tanah Air.
 
Kecurigaan juga menyeruak setelah ada anggapan Indonesia sengaja disingkirkan agar tidak bisa menyabet gelar juara satu pun di Birmingham melalui aksi diskriminatif.

Penilaian itu sendiri didasarkan kepadsa hasil pertandingan hari pertama sekaligus terakhir timnas ketika dua ganda putra Indonesia mengalahkan wakil Inggris yaitu Matthew Clare/Ethan Van Leeuwen yang dikalahkan Minions, dan Ben Lane/Sean Vendy yang ditaklukkan The Daddies.

Namun yang fatal adalah keputusan BWF yang tidak menarik atlet tunggal putri Turki, Neslihan Yigit dan pelatihnya, dari turnamen. Padahal mereka juga satu pesawat bersama Skuad Merah Putih saat terbang dari Istanbul ke Birmingham.

Meskipun akhirnya Yigit juga ditarik BWF dari All England pada Kamis, keputusan itu terlambat dan tidak sportif. Belakangan Turki juga mengungkapkan ketidakpuasannya atas langkah terhadap Yigit itu.

Baca Juga: Meski Kalah Lawan Olympiakos, Arsenal Tetap Melangkah ke Perempat Final Liga Europa

Mencari solusi

Pihak Indonesia menyayangkan sikap Inggris yang tidak konsisten. Dalam masa kedatangan peserta, mereka tidak memberlakukan protokol kesehatan dengan ketat, apalagi menerapkan gelembung sebagaimana yang dilakukan pada turnamen seri Asia di Thailand Open, pada Januari silam.

Bahkan peserta dari dari Denmark, India, dan Thailand masih bisa bertanding meski bermodal uji PCR ulang yang hasilnya keluar kurang dari satu hari setelah dinyatakan positif.

Keputusan mutlak akhirnya membuat Tim Indonesia pantas kecewa, artinya Skuad Merah Putih pun tak bisa melanjutkan turnamen. PBSI berusaha berlapang dada menerima keputusan dan berusaha tidak menyalahkan BWF dan panitia pelaksana yang sejatinya hanya menaati aturan NHS.

Saat ini PBSI bersama Kemenlu kini masih berusaha memulangkan ke-24 anggota timnas dari Inggris, meski aturan otoritas Inggris, warga warga negara asing yang berada dalam penerbangan yang di dalamnya terdapat penumpang positif COVID-19, harus menjalani isolasi selama 10 hari.

Baca Juga: 4 Tanaman Indah Ini Masuk dalam Kategori Berbahaya Karena Mengandung Racun

Hal ini membuat timnas yang sudah  kecewa harus dipaksa bersabar menunggu hingga masa isolasi selesai 27 Maret. Sementara All England berakhir pada 21 Maret.

Namun Duta Besar RI untuk Inggris Desra, setuju dengan PBSI. Dia dan jajarannya masih berusaha memulangkan timnas bulu tangkis Indonesia dengan melobi NHS dan pihak terkait.

Agung tegas mengatakan peristiwa ini tidak hanya mencoreng sportifitas, namun juga mencederai harga diri bangsa Indonesia yang terluka oleh tindakan diskriminatif.

Meski terlambat jika PBSI menyuarakan memboikot All England yang sudah berjalan memasuki perempat final. Namun minimal dengan protes keras dan memperjuangkan nasib timnas akan menjadi cermin harga diri dan daya tawar bangsa Indonesia di mata internasional.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah