Tanggapi Statement Moeldoko Rumah Sakit Mainkan Data Pasien Covid, dr Tirta : Sebutkan Oknumnya

- 7 Oktober 2020, 09:57 WIB
Foto Aerial Wisma Atlet Kemayoran. Penyalaan lampu-lampu di Wisma Atlet bukan berarti semua tower terisi pasien COVID-19 tapi menjadi simbol kesiapan Wisma Atlet menghadapi semakin tingginya kasus positif di Ibu Kota.
Foto Aerial Wisma Atlet Kemayoran. Penyalaan lampu-lampu di Wisma Atlet bukan berarti semua tower terisi pasien COVID-19 tapi menjadi simbol kesiapan Wisma Atlet menghadapi semakin tingginya kasus positif di Ibu Kota. //ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.

ZONABANTEN.com  - Beberapa waktu lalu, Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Jenderal (Purn) Moeldoko membuat pernyataan yang mengejutkan. 

Menurut eks Panglima TNI ini, ada beberapa orang yang sebetulnya negatif Covid-19, tapi divonis sebaliknya, seperti dilansir oleh Pikiran-Rakyat.com. 

Moeldoko  juga beranggapan rumah sakit telah memanipulasi data kematian pasien akibat Covid-19 demi dapat anggaran pemerintah.

Gara-gara pernyataan itu, protes pun bermunculan dari para tenaga kesehatan. 

Baca Juga: Polemik UU Cipta Kerja, Menaker Ida : Ayo Kita Dialog

Pernyataan Moeldoko itu  disampaikannya setelah bertemu dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Semarang 1 Oktober yang lalu dianggap  meremehkan tanggung jawab RS ataupun tenaga medis dalam penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia, seperti dilansir oleh Pikiran-Rakyat.com dalam artikel Jawab Tuduhan Moeldoko, dr. Tirta: Sebutkan Oknumnya, Jangan Buat Masyarakat Bingung.

Mengenai pernyataan tersebut, dokter sekaligus influencer dr. Tirta memberikan tanggapannya saat hadir dalam acara  Indonesia Lawyers Club.

 

Secara terbuka dr. Tirta menilai ada kemungkinan Moeldoko ingin menyampaikan adanya rumor atau isu tentang pengCovidan yang dilakukan di rumah sakit.

Baca Juga: Omnibus Law UU Cipta Kerja Disahkan, Pemerintah : Tidak Ada Upaya Mempercepat

Namun, ia mempertanyakan kenapa pembahasan isu mengenai hal tersebut baru disampaikan setelah 7 bulan sejak pandemi terjadi.

"Cuman pertanyaannya kenapa itu tidak diutarakan dari bulan April, Mei, Juni, Juli, Agustus, kenapa harus 7 bulan dan di Jawa Tengah, " tanyanya.

Dr. Tirta bahkan meminta Moeldoko untuk membuka nama oknum yang terlibat dalam isu yang beredar, agar tak memicu kebingungan di tengah masyarakat.

"Oke kalau ada sebutkan oknumnya jangan sampai membuat masyarakat ini menjadi bingung dan menduga-duga," tuturnya.

Ia juga mengungkapkan sebelumnya semakin ramai isu penCovidan di rumah sakit, dr. Tirta sering kali berdebat mengenai masalah yang sama di media sosial.

Baca Juga: DPR Percepat Pengesahan Omnibus Law UU Cipta Kerja, Ternyata Ini Alasannya

"Jadi isu pengCovidan pasien itu saya sudah debat habis-habisan dengan berbagai akun anonim yaa," katanya.

Bahkan sebagai relawan yang turun ke lapangan, dr. Tirta mengaku telah berdebat dengan Jerinx terkait permasalahan yang sama.

Saat berdebat atau memberikan edukasi ia selalu menekankan adanya oknum dibalik permasalahan tersebut.

"Cuman yang terjadi adalah gara-gara statment pak Moeldoko jadi menggeneralisir seolah-olah semua rumah sakit begitu," ungkapnya.

Sehingga dalam kesempatan itu dr. Tirta meminta KSP untuk lebih berhati-hati dan memperbaiki cara berkomunikasi kepada publik. 

Kolase foto Jenderal (Purn) Moeldoko dan dr. Tirta
Kolase foto Jenderal (Purn) Moeldoko dan dr. Tirta

Baca Juga: Update Harga Emas Antam di Butik LM Hari Rabu 7 Oktober 2020, Turun Drastis Dibawah 1 Juta

Sebelumnya dalam acara itu dr Tirta juga  pernyataan yang oleh Dany Amrul Ichdan yang merupakan Tenaga Ahli Utama KSP.

Dr. Tirta mengatakan jika Dany Amrul Ichdan memiliki sedikit background kesehatan yang setidaknya mengerti akan 3T (testing, tracing, dan treatment).

Ia mengungkapkan jika secara tidak langsung Dany mengakui ada kesalahan sistem yang terjadi di KSP.

"Terus yang kedua sebenernya mengakui juga ada komunikasi publik yang harus diperbaiki oleh KSP secara tidak langsung oleh pak Moeldoko," ujar dr. Tirta dikutip Pikiran-Rakyat.com dari YouTube Indonesia Lawyers Club yang tayang pada 6 Oktober 2020.*** (Rahmi Nurfajriani)

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah