Katamso lahir pada 5 Februari 1923 di Sragen, Jawa Tengah. Pada masa pendudukan Jepang, ia mengikuti pendidikan militer PETA di Bogor, lalu diangkat menjadi Shodanco PETA di Solo.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Katamso masuk TKR dan menjadi TNI. Tahun 1958, ia dikirim ke Sumatera Barat untuk menumpas pemberontakan PRRI sebagai Komandan Batalyon A Komando Operasi 17 Agustus.
Katamso juga pernah menjabat sebagai Kepala Staf Resimen Tim Pertempuran (RIP) II Diponegoro di Bukittinggi.
Ia menjadi salah satu korban pemberontakan G30S/PKI. Jasadnya ditemukan pada 22 Oktober 1965 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.
8. Kapten (Anumerta) Pierre Tendean
Pierre Tendean lahir di Jakarta pada 21 Februari 1939. Setelah mengikuti pendidikan di Akademi Militer Jurusan Teknik pada 1962, ia menjabat sebagai Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Komando Daerah Militer II/Bukit Barisan di Medan.
Ia juga pernah bertugas untuk menyusup ke daerah Malaysia ketika sedang berkonfrontasi dengan Malaysia.
April 1965, ia diangkat sebagai ajudan Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata, Jenderal Nasution.
Saat bertugas, Pierre Tendean tertangkap oleh kelompok G30S dan mengaku sebagai A.H Nasution, dan sang jenderal berhasil melarikan diri.