28 September Ada Hari Kereta Api Nasional, Simak Sejarah dari Perkeretaapian Indonesia

- 27 September 2022, 15:17 WIB
Mengenal sejarah perkeretaapian Indonesia dalam rangka memperingati Hari Kereta Api Nasional pada tanggal 28 September
Mengenal sejarah perkeretaapian Indonesia dalam rangka memperingati Hari Kereta Api Nasional pada tanggal 28 September /PT KAI

ZONABANTEN.com – 28 September ada Hari Kereta Api Nasional, simak sejarah dari perkeretaapian Indonesia.

Dilansir dari laman resmi PT KAI, sejarah perkeretaapian Indonesia dimulai saat pencangkulan pertama jalur kereta api Semarang–Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta) di Desa Kemijen oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van de Beele, pada 17 Juni 1864.

Pembangunan dilaksanakan oleh perusahaan swasta, Naamlooze Vennootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV. NISM), menggunakan lebar sepur 1.435 mm.

Pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api negara melalui Staatsspoorwegen (SS) pada tanggal 8 April 1875, dengan rute pertama Surabaya-Pasuruan-Malang.

Keberhasilan NISM dan SS mendorong investor swasta untuk membangun jalur kereta api, seperti Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS), Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS), Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS), dan lain-lain.

Selain di Jawa, pembangunan jalur kereta api juga dilaksanakan di Aceh (1876), Sumatera Utara (1889), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), dan Sulawesi (1922).

Sementara itu, untuk Kalimantan, Bali, dan Lombok, hanya dilakukan studi mengenai kemungkinan pemasangan jalan rel, belum sampai tahap pembangunan.

Baca Juga: Kereta Api (KA) Terpanjang di Indonesia Telah Hadir dengan 16 Gerbong, Begini Detailnya

Hingga akhir tahun 1928, panjang jalan kereta api dan trem di Indonesia mencapai 7.464 km dengan perincian rel milik pemerintah sepanjang 4.089 km dan swasta sepanjanng 3.375 km.

Pada 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak itu perkeretaapian Indonesia diambil alih oleh Jepang dan berubah nama menjadi Rikuyu Sokyoku (Dinas Kereta Api).

Selama Jepang berkuasa, operasional kereta api hanya diutamakan untuk kepentingan perang.

Salah satu pembangunan di era Jepang adalah lintas Saketi-Bayah dan Muaro-Pekanbaru untuk pengangkutan hasil tambang atau batu bara, untuk menjalankan mesin-mesin perang mereka.

Namun, Jepang juga melaksanakan pembongkaran rel sepanjang 473 km yang diangkut ke Burma untuk pembangunan kereta api di sana.

Setelah Indonesia merdeka, beberapa hari kemudian dilakukan pengambilalihan stasiun dan kantor pusat kereta api yang dikuasai oleh Jepang.

Puncaknya adalah pengambilalihan Kantor Pusat Kereta Api Bandung pada 28 September 1945, yang kini diperingati sebagai Hari Kereta Api Nasional. Hal ini sekaligus menandai berdirinya Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI).

Baca Juga: Ramalan Zodiak Pisces 15 Juni 2022: Tetap Tenang dan Atasi Masalah Satu Demi Satu 

Saat Belanda kembali ke Indonesia pada 1946, mereka membentuk kembali perkeretaapian di Indonesia dengan nama Staatsspoorwegen/Verenigde Spoorwegbedrijf (SS/VS), gabungan SS dan seluruh perusahaan kereta api swasta, kecuali DSM.

Berdasarkan perjanjian damai Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949, dilakukan pengambilalihan aset-aset milik pemerintah Hindia Belanda, dalam bentuk penggabungan antara DKARI dan SS/VS menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) pada 1950.

Pada 25 Mei, DKA berganti menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) dan mulai diperkenalkan juga lambang Wahana Daya Pertiwi yang mencerminkan transformasi perkeretaapian Indonesia sebagai sarana transportasi andalan masyarakat Indonesia.

Kemudian, pemerintah mengubah struktur PNKA menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) tahun 1971.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa angkutan, PJKA berubah untuk menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) pada tahun 1991.

Untuk kesekian kalinya, Perumka berubah menjadi PT Kereta Api Indonesia (Persero) pada tahun 1998.

Saat ini, PT Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki 7 anak perusahaan atau grup usaha, yakni KAI Services (2003), KAI Bandara (2006), KAI Commuter (2008), KAI Wisata (2009), KAI Logistik (2009), KAI Properti (2009), dan PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (2015).***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: PT KAI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x