Tanggal 28 April, Hari Puisi Nasional dan Memperingati Wafatnya Chairil Anwar

- 28 April 2022, 15:33 WIB
Chairil Anwar
Chairil Anwar /Tangkapan layar Instagram/ @chairilisme/

ZONABANTEN.com – Setiap 28 April, Indonesia merayakan hari puisi nasional. Tanggal tersebut bertepatan dengan hari wafatnya salah satu sastrawan berpengaruh di Indonesia. sastrawan tersebut adalah Chairil Anwar.

Chairil Anwar merupakan sastrawan yang menjadi pelopor sastra Angkatan 45. Ia berjasa dalam melakukan pembaruan puisi di Di Indonesia. Chairil Anwar meninggalkan ukuran dan ikatan lama pada sajak-sajak. Ia ingin sesuatu yang baru.

Chairil Anwar kemudian tampil dengan pengembangan corak dan iklim yang baru untuk karya sajaknya. Ia tidak terikat dengan kaidah yang ditetapkan saat itu. Dikutip dalam buku Chairil Anwar: Hasil Karya dan Pengabdiannya oleh Dra, Sri Sutjianingsih, dikatakan bahwa Chairil meninggalkan segala bujuk rayu yang mendayu.

Baca Juga: Hari Puisi Nasional 28 April: Mengenang Perjalanan Hidup Chairil Anwar si ‘Binatang Jalang’

ia membuang segala kecengangan yang mengikat erat. Lalu tampil dengan wajah yang sangat jantan dalam kepenyairan kita. Ia menghendaki adanya perubahan untuk generasinya yaitu generasi sesudah perang. Pernyataan tersebut tercantum dalam Pelita Th. V No. 1214, 28 April 1978.

Ia menulis dengan menggunakan bahasa sehari-hari tapi sangat bernilai sastra. Berdasarkan penjelasan dari buku Charil Anwar, bentuk dari irama sajaknya sangat jauh dari kaidah pantun, syair, hingga sajak bebas dari era Pujangga Baru. buku tersebut menyebut bahwa ukuran lama dilempar. Kesombongan yang dilarang orang-orang tua mencapai puncaknya, maut ditantang dan dikesampingkan.

Chairil Anwar mulai menulis pada tahun 1942, Chairil Anwar kemudian terus menulis hingga tahun 1949. Karya yang ia tulis pada tahun 1942 berjudul Nisan. Sejak saat itu, ada 96 karya. Di dalam karya-karya tersebut terdapat 70 puisi.

Baca Juga: Peringatan Hari Puisi Nasional 2022, Bertepatan dengan Wafatnya Chairil Anwar, Penyair Legendaris Indonesia

Ia dikenal sebagai penyair pada tahun 1945. Sajaknya yang berjudul “Aku” sempat ditolak oleh Redaksi Panji Pustaka yang saat itu dipegang oleh Armijn Pane. Menurut H.B. Jassin, sajak tersebut ditolak karena menyangkut situasi saat pendudukan Jepang yang sangat peka terhadap kata-kata yang potensial mengandung unsur agitatip (agitatif, menghasut). Karya “Aku” tersebut mengandung bara api.

Halaman:

Editor: Bunga Angeli

Sumber: ditsmp.kemdikbud.go.id repositori.kemdikbud.go.id Ensiklopedia Kemdikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x