Baca Juga: Ukraina Menantang Pasukan Rusia, meskipun Mengalami Kemunduran
Forbes bahkan menyebutkan negara tersebut aneh, karena mengoleksi beragam alutsista berbeda yang justru menyulitkan perawatan dan semakin boros.
Tetapi Malaysia berpendapat bahwa hal itu tidaklah aneh, karena memiliki senjata dari dua blok kekuatan terbesar justru memungkinkan mereka untuk menguasai dua jenis teknologi.
Alasan itu memang nampak logis, hingga akhirnya blunder terbesar pun terjadi. Malaysia membeli F-18 dari AS, tetapi AS tidak memberikan source code nya.
Tentu saja ini merupakan suatu bentuk pertahanan yang dimiliki AS, sebagai bentuk kewaspadaan karena menjual senjata kepada negara yang mungkin tidak setia padanya.
Baca Juga: Ungkap Sejauh Apa Putin akan Bertindak, Eks Mata-mata Rusia: Mundur Hanya Merusak Reputasinya
Karena tidak diberi source code ini, maka menjadi hal yang tidak mungkin oleh Malaysia untuk menggunakan pertahanan negara ini dalam pertempuran.
Hal ini bahkan diakui oleh mantan Perdana Menteri Malaysia sendiri, Mahathir Mohamad, pada mei 2020.
"Kami tidak dapat memprogram pesawat untuk serangan apapun terhadap negara lain tanpa mendapatkan pemrograman yang dilakukan oleh orang Amerika. Jadi meskipun pesawatnya sangat bagus, dari segi performa mesinnya sangat bertenaga, tapi kami tidak bisa memprogram pesawat itu sendiri".
"Anda harus merujuk ke Amerika Serikat untuk menempatkan program untuk setiap serangan di negara-negara asing misalnya. Jadi pesawat kami mahal. Kami memiliki mereka. Namun kita (cuma) bisa menerbangkannya di pertunjukan udara (saja)”. kata Mahathir Mohamad.