Orang-orang Bersenjata Pemberontak Membunuh 8 Teknisi di Papua yang Bergolak di Indonesia

- 4 Maret 2022, 18:59 WIB
Kelompok Kriminal Bersenata (KKB) Papua.
Kelompok Kriminal Bersenata (KKB) Papua. /Istimewa via hops.id
 
ZONABANTEN.com - Orang-orang bersenjata separatis membunuh delapan teknisi yang memperbaiki menara telekomunikasi terpencil di provinsi Papua yang bergolak di Indonesia, kata pihak berwenang dan pemberontak.
 
"Lebih dari selusin pria bersenjata menyerbu menara Telkomsel saat para pekerja memperbaiki transceiver pada Rabu 3 Maret 2022 di desa pegunungan Beoga di Kabupaten Puncak, yang hanya dapat dicapai dengan helikopter," ujar juru bicara militer Papua Kolonel, Aqsha Erlangga.
 
"Seorang teknisi berhasil melarikan diri dari serangan itu dan meminta bantuan melalui video dari kamera keamanan di menara yang dipantau di markas perusahaan tiga jam kemudian," ucap juru bicara polisi Papua Ahmad Musthofa Kamal. 
 
 
"Korban selamat menunggu untuk diselamatkan di tempat kejadian," lanjut Kamal dikutip dari Channel News Asia.
 
Upaya untuk menemukan mayat dengan helikopter Kamis 3 Maret 2022, terhambat oleh cuaca buruk dan kabut tebal di distrik perbukitan, kubu separatis yang telah berjuang melawan kekuasaan Indonesia di wilayah miskin itu sejak awal 1960-an.
 
“Ini merupakan kejahatan luar biasa oleh kelompok kriminal separatis bersenjata di tengah upaya pemerintah untuk membawa pembangunan ekonomi,” ucap Erlangga dalam sebuah pernyataan. 
 
Ia mengatakan polisi dan militer sedang mencari para penyerang, yang diyakini pihak berwenang milik Tentara Pembebasan Papua Barat, sayap militer Organisasi Papua Merdeka.
 
 
Secara terpisah, sekitar 15 anggota kelompok bersenjata menyerang sebuah pos militer di desa Dambet di distrik yang sama pada hari Kamis 3 Maret 2022, melukai seorang tentara.
 
Juru bicara pemberontak, Sebby Sambom, membenarkan bahwa para pejuang kelompok itu melakukan kedua serangan itu dan mengatakan kelompok itu telah memperingatkan semua warga sipil untuk meninggalkan daerah-daerah yang diklaim oleh pemberontak sebagai "zona perang" selama bertahun-tahun.
 
"Tidak ada alasan untuk membenarkan bahwa mereka adalah warga sipil ketika kami telah mengumumkan semua imigran untuk segera meninggalkan zona perang," ujar, Sambom, dalam sebuah pernyataan yang dilansir melalui The Associated Press Jumat pagi.
 
 
“TPPNPB di bawah pimpinan Goliath Tabuni dan Lekagak Telenggen bertanggung jawab atas serangan ini,” lanjutnya, menggunakan akronim lokal dari kelompok tersebut.
 
Ia mendesak semua pekerja untuk meninggalkan semua proyek pemerintah Indonesia, atau mereka akan dianggap sebagai bagian dari pasukan keamanan.
 
Serangan tersebut merupakan kekerasan terbaru dalam beberapa tahun terakhir di Papua, bekas jajahan Belanda di bagian barat New Guinea yang secara etnis dan budaya berbeda dari sebagian besar wilayah Indonesia. 
 
Konflik antara penduduk asli Papua dan aparat keamanan Indonesia sering terjadi.
 
 
Papua dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1969 setelah pemungutan suara yang disponsori oleh PBB yang secara luas dianggap palsu. 
 
Sejak itu, pemberontakan tingkat rendah telah membara di wilayah yang terbagi menjadi dua provinsi, Papua dan Papua Barat.
 
Pemerintah Indonesia yang selama beberapa dekade memiliki kebijakan mengirim orang Jawa dan orang Indonesia lainnya untuk menetap di Papua, kini berusaha memacu pembangunan ekonomi untuk meredam gerakan separatis.
 
Para pekerja yang terlibat dalam pembangunan dianggap sebagai orang luar oleh para separatis.
 
 
Pada Desember 2018, setidaknya 31 pekerja konstruksi dan seorang tentara tewas oleh Tentara Pembebasan Papua Barat dalam salah satu serangan separatis terburuk di provinsi tersebut.
 
Serangan telah meningkat pada tahun lalu, dengan puluhan pemberontak, pasukan keamanan dan warga sipil tewas.***

Editor: IDHY ADHYANINDA SUGENG MULYANDINI

Sumber: Channel News Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x