ZONABANTEN.com – Siklon tropis seroja adalah siklon tropis yang terbentuk di selatan Nusa Tenggara Timur, Indonesia, pada 3 April 2021. Siklon tersebut menyebabkan banjir dan angin ribut di beberapa wilayah Nusa Tenggara, Indonesia dan Timor Leste.
Kondisi cuaca atau iklim ekstrem akan semakin kerap datang menghampiri hingga akhir abad ini bukan hanya disampaikan satu dua pihak saja.
Banyak pakar, ilmuwan, peneliti di Indonesia maupun dunia yang telah memperkirakan hal tersebut berdasarkan hitungan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam salah satu sesi Low Carbon Development Week-nya Bappenas mengatakan dampak pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca (GRK) sangat berkorelasi dengan kejadian bencana hidrometeorologi.
Semua menjadi ekstrem, mulai dari peningkatan curah hujan menjadi, penurunan curah hujan menjadi, suhu menjadi, cuaca menjadi. Kekeringan, banjir, badai, topan, kebakaran hutan dan lahan, longsor, gelombang panas, gelombang dingin, semua sangat bergantung pada peningkatan suhu global.
Baca Juga: Rilis Teaser Baru, 'Now We Are Breaking Up' Song Hye Kyo dan Jang Ki Yong Bertukar Emosi Mendalam
Itu adalah fakta dan sudah dibuktikan dampaknya yang tidak bersifat lokal saja, tetapi bisa regional hingga global. Yang terjadi pada Senin (5/4) dini hari, di Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi pelajaran yang mengerikan dari siklon tropis yang menyambangi Indonesia. Tanah longsor dan banjir bandang yang merenggut nyawa terjadi justru saat peristiwa alam itu masih berupa bibit siklon tropis.
Sebelum Seroja, Tropical Cyclone Warning Center Jakarta (TCWC Jakarta) yang baru terbentuk 2008 mencatat adanya Siklon Tropis Durga berkecepatan maksimum 95 kilometer (km) per jam pada April di tahun tersebut yang ada di perairan Bengkulu, Banten, Lampung dan Jawa Barat. Itu siklon pertama yang diberi nama oleh pusat peringatan siklon tropis di Jakarta, dan bukan berarti sebelumnya tidak ada siklon-siklon lain yang menerjang wilayah Indonesia.
Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Bappenas Pungky Sumadi melihat perubahan iklim yang