Oksigen KRI Nanggala-402 Hampir Habis, Tim Penyelamat Tingkatkan Pencarian, Perwira Inggris Ragu Keberhasilan

- 24 April 2021, 05:47 WIB
KRI Nanggala-402./TNI AL
KRI Nanggala-402./TNI AL /

ZONABANTEN.com - Tim penyelamat Indonesia telah meningkatkan pencarian mereka terhadap kapal selam KRI Nanggala-402 dan 53 awaknya yang hilang lebih dari 2 hari yang lalu.

Namun, seorang ahli menyatakan keprihatinan mereka tentang konsekuensi dari kemungkinan bencana laut di kepulauan itu pada hari Kamis.

Seperti yang diberitakan sebelumnya pada "Kapuspen Sebut Titik Pencarian KRI Nanggala-402 Tersebar di 9 Titik Perairan Bali Bagian Utara", KRI Nanggala-402 sedang melakukan latihan torpedo tembak-menembak di utara pulau Bali ketika kehilangan kontak sekitar pukul 3 pagi pada Rabu pagi (20:00 GMT pada hari Selasa).

Menurut laporan internal TNI AL, yang dikutip ZONA BANTEN dari artikel Al Jazeera, sinyal marabahaya dikirim oleh pihak berwenang Indonesia ke International Submarine Escape and Rescue Liaison Office (ISMERLO) pada Rabu sore.

Baca Juga: 2 Ahli Prediksi Perkembangan Rudal Korea Utara, Provokasi dengan Nuklir atau Pertimbangkan Keadaan Negara

ISMERLO mengoordinasikan operasi pencarian dan penyelamatan kapal selam internasional dan Angkatan Laut Singapura dan Angkatan Laut Australia menanggapi sinyal marabahaya, menurut laporan itu.

“Singapura memiliki kapal penyelamat kapal selam yang dibangun khusus bersama dengan Deep-Submergence Rescue Vessel (DSVR) untuk melakukan operasi penyelamatan yang kompleks.” ujar Collin Koh, selaku peneliti di S Rajaratnam School of International Studies di Singapura seperti yang dikutip ZONA BANTEN dari artikel Al Jazeera.

“Indonesia tidak memiliki kemampuan yang setara, ” ujar Koh menegaskan.

Indonesia dan Singapura telah menandatangani pakta penyelamatan kapal selam pada tahun 2012.

Ng Eng Hen, selaku Menteri Pertahanan Singapura, menulis di media sosial pada hari Kamis bahwa kapal MV Swift Rescue telah dikirim segera setelah kapal tersebut siap.

Singapura juga membawa tim medis di dalam kapal tersebut.

“Sejauh mana kapal itu dapat membantu akan sangat bergantung pada penentuan lokasi kapal yang tepat, kondisi cuaca yang ada, kondisi laut dan yang terpenting menetapkan status awak,” ujar Koh.

Baca Juga: Kapuspen Sebut Titik Pencarian KRI Nanggala-402 Tersebar di 9 Titik Perairan Bali Bagian Utara

“Tidak ada rintangan politik dalam hal ini, tidak seperti yang terjadi pada tahun 2000 setelah kapal selam Rusia Kursk tenggelam dan Moskow awalnya menolak bantuan asing sampai semuanya terlambat. Jadi waktu adalah yang terpenting. "

Dalam "Analisis Sementara" yang diterbitkan dalam laporan internal, TNI AL berspekulasi bahwa mungkin terjadi pemadaman listrik di KRI Nanggala-402.

Pemadaman ini membuat kapal tidak dapat dikendalikan.

Laporan tersebut juga menyatakan bahwa kapal selam itu diperkirakan jatuh ke kedalaman antara 600 dan 700 meter (1.968 - 2.296 kaki).

Penemuan minyak di sekitar lokasi juga mengindikasikan adanya kerusakan tangki bahan bakar atau keretakan akibat tekanan air laut.

Seorang mantan perwira angkatan laut dan pengacara maritim Inggris, yang tak ingin disebut namanya, memberikan sebuah penjelasan lain mengenai alasan hilangnya kontak dari KRI Nanggala-402 termasuk ledakan torpedo atau senjata, tabrakan dengan kapal atau benda bawah air, oksigen kegagalan, banjir yang tidak disengaja atau kerusakan struktural.

“Penekanan yang menghancurkan lambung kapal sangat mungkin terjadi di kedalaman ini.” ujar sang mantan perwira pada artikel Al Jazeera yang sama.

Baca Juga: Amerika Serikat Menjajaki Investasi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Bangka Belitung

“Ditemukannya minyak di permukaan, bisa menunjukkan kegagalan struktural yang berbahaya, terutama karena kapalnya sudah tua, dibangun pada tahun 1977 dan dikirim ke Angkatan Laut Indonesia pada tahun 1981.”

Perwira itu juga menambahkan bahwa kedalaman kapal selam bisa membuat potensi penyelamatan menjadi tantangan.

“Sangat sulit untuk melakukan penyelamatan pada kedalaman ini karena cara yang biasa dilakukan yaitu dengan memasangkan lonceng selam (diving bell) yang diturunkan dan dipasang ke pintu keluar,” ujar sang perwira.

“Hampir sangat tidak mungkin bisa dilakukan jika kapal selam itu memang berada pada kedalaman 700 meter [2.296 kaki], " ujar sang perwira.

"Saya tidak bisa berharap untuk kru ini." ujarnya menambahkan.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x