Jelang Pilkada 2024, Bawaslu Minta KPU RI untuk Mewaspadai Penyelahgunaan Data Orang Meninggal

28 Juni 2024, 14:00 WIB
Menjelang Pilkada 2024, Bawaslu minta KPU RI untuk mewaspadai penyalahgunaan data orang meninggal di TPS /Bawaslu

ZONABANTEN.com – Jelang Pilkada 2024, Bawaslu minta KPU RI untuk mewaspadai penyelahgunaan data orang meninggal. Jelang Pilkada, Ketua Bawaslu, Rahmat Bagja mengingatkan pihak penyelenggara, termasuk yang bernaung di bawah Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI untuk mewaspadai kemungkinan penyalahgunaan data orang meninggal saat pemungutan suara di tempat pemungutan suara (TPS).

Hal itu diingatkan oleh Bagja, karena insiden tersebut sudah pernah terjadi saat Pilkada tahun 2020.

“Di Pilkada 2020, ada orang yang sudah meninggal bisa memilih di TPS. Ada surat suaranya, ada tanda tangan di daftar hadirnya. Jadi, KTP-nya digunakan oleh orang lain, sengaja, karena (foto) KTP-nya sudah buram,” ujar Bagja.

Baca Juga: PAN Resmi Usung Jeje Govinda di Pilkada Kabupaten Bandung Barat 2024: Ada Peluang Cukup Baik 

Setelah pemeriksaan usai pemungutan suara, ternayata orang yang datanya disalahgunakan itu telah meninggal dunia empat hari sebelum pemungutan suara.

Alhasil, Mahkamah Konstitusi (MK) pun memerintahkan untuk dilakukan pemungutan suara ulang (PSU) di TPS yang bermasalah tersebut.

Guna mencegah insiden itu, KPU RI dan Bawaslu sengaja mengutamakan penduduk yang tinggal di lingkungan TPS sebagai anggota KPPS dan panitia pengawas.

“Itu kenapa, petugas KPPS harus penduduk setempat supaya mengenal siapa yang memilih pada saat itu. Ini kemudian wisdom-nya teman-teman KPU dan Bawaslu dalam memilih penyelenggara ad hoc di bawahnya,” kata Bagja.

Menurut Bagja, ada kemungkinan pelanggaran terkait pemilihan terjadi saat rekapitulasi suara. Ia meminta penyelenggara, termasuk pengawas di TPS untuk mewaspadai suara nol.

Baca Juga: PKB DKI Calonkan Anies Baswedan dalam Pilkada 2024 

“Yang namanya nol dalam rekapitulasi itu besar. Teman-teman polisi, jaksa harus dikasih tahu ini, biar bukan cuma joke penyelenggara. Jadi, nol itu kadang-kadang bisa jadi tuyul. Nol-nya tiba-tiba 100, nol-nya hilang,” jelasnya.

Selain itu, kemungkinan pengaturan suara itu dapat terjadi pada waktu-waktu rentan, yaitu saat menjelang pagi ketika penyelenggara dan pengawas mulai lelah dan mengantuk.***

Editor: Dinda Indah Puspa Rini

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler