Bukan Indra Kenz atau Doni Salmanan, Ini 10 ‘The Real Crazy Rich’ di Indonesia

9 Maret 2022, 21:31 WIB
Orang Terkaya di Indonesia versi majalah Forbes, Michael Hartono / beritadiy.pikiranrakyat.com /

ZONABANTEN.com - Beberapa waktu terakhir, publik tanah air dikejutkan dengan penetapan Indra Kenz atau Indra Kesuma sebagai tersangka penipuan binary option, Binomo.

Menyusul Indra Kenz, Doni Salmanan juga ditetapkan sebagai tersangka kasus yang hampir sama dengan apikasi Qoutex.

Sebelumnya, keduanya dikenal dengan sosok ‘Crazy Rich’ yang gemar memamerkan kekayaannya.

Namun, dalam kenyataannya, orang-orang inilah yang menjadi ‘The Real Crazy Rich’ di Indonesia.

Siapakah mereka? Berikut ZONABANTEN.com berikan 10 orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Gambar Apakah Ini Menurutmu? Ungkap Bagaimana Jiwamu Bekerja

Robert Budi & Michael Hartono

Hartono bersaudara, Robert Budi Hartono dan Michael Hartono mendapatkan sebagian besar kekayaan mereka dari investasi mereka di Bank Central Asia.

Keluarga Hartono membeli saham BCA setelah keluarga kaya lainnya, Salim kehilangan kendali bank selama krisis ekonomi Asia 1997-1998.

Selain itu, akar kekayaan keluarga Hartono berasal dari pembuat rokok kretek Djarum.

Perusahaan itu dimulai oleh ayah mereka Oei Wie Gwan.

Saat ini, Djarum dijalankan oleh putra Budi, Victor.

Kekayaan mereka juga dari kepemilikan keluarga termasuk merek elektronik populer Polytron dan real estate utama di Jakarta.

Kekayaan Hartono bersaudara tercatat hingga $42.6 Milliar atau sekitar Rp610 Trilliun.

Widjaja Family

Keluarga Widjaja mewarisi kerajaan bisnis pendiri Sinar Mas, Eka Tjipta Widjaja yang meninggal pada Januari 2019 dalam usia 98 tahun.

Seorang imigran Tionghoa ke Indonesia, Eka Tjipta Widjaja memulai usahanya menjual biskuit saat remaja.

Saat ini Sinar Mas mereka memiliki minat di bidang kertas, real estat, jasa keuangan, perawatan kesehatan, agribisnis, dan telekomunikasi.

Empat putra tertua Widjaja mengawasi kerajaan yang dibangun ayahnya.

Sementara yang lain membangun bisnis sendiri.

Tercatat, Keluarga  memiliki kekayaan hingga $9,7 miliar atau Rp138 Triliun.

Baca Juga: Kepolisian Selidiki Kaitan Bisnis Indra Kenz dengan Kekasihnya

Anthony Salim & family

Anthoni Salim mengepalai Grup Salim dengan investasi di bidang makanan, ritel, perbankan, telekomunikasi, dan energi.

Salim adalah CEO Indofood, salah satu pembuat mie instan terbesar di dunia yang memiliki nilai hingga $5,8 miliar.

Keluarga Salim memiliki saham di perusahaan investasi yang terdaftar di Hong Kong, First Pacific, yang memiliki aset sebesar $27 miliar di enam negara.

Anthoni adalah anak bungsu dari tiga bersaudara mendiang Liem Sioe Liong atau Sudono Salim, seorang taipan yang selama puluhan tahun sangat dekat dengan presiden Suharto.

Pada tahun 1998, tepat setelah jatuhnya Suharto dari kekuasaan, Salim kehilangan Bank Central Asia.

Kekayaan Anthony Salim dan keluarga ditaksir hingga mencapai $8,5 miliar atau Rp121 trilliun.

Sri Prakash Lohia

Sri Prakash Lohia menghasilkan banyak kekayaannya dengan memproduksi PET dan petrokimia lainnya.

Pada 1970-an ia dan ayahnya pindah dari India ke Indonesia, di mana mereka mendirikan Indorama Corporation sebagai pembuat benang pintal.

Indorama sekarang menjadi pembangkit tenaga listrik petrokimia, membuat produk industri termasuk pupuk, poliolefin, bahan baku tekstil dan sarung tangan medis.

Lohia sebagai ketua tetap tinggal di London.

Adapun bisnis di lapangan dijalankan putranya Amit sebagai wakil ketua.

Adik laki-lakinya Aloke Lohia, juga seorang miliarder, tinggal di Thailand, di mana ia menjalankan pembuat polimer PET Indorama Ventures Public Co.

Kekayaan Sri Prakash Lohia ditaksir hingga $6,2 miliar atau Rp88 triliun.

Baca Juga: Susul Indra Kenz, Doni Salmanan Kini Resmi Jadi Tersangka Kasus Penipuan Quotex

Prajogo Pangestu

Putra seorang pedagang karet, Prajogo Pangestu memulai bisnis kayu pada akhir 1970-an.

Perusahaannya Barito Pacific Timber go public pada tahun 1993 dan berganti nama menjadi Barito Pacific setelah mengurangi bisnis kayunya pada tahun 2007.

Pada tahun 2007 Barito Pacific mengakuisisi 70% dari perusahaan petrokimia Chandra Asri, yang juga diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.

Pada tahun 2011 Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia.

Thaioil mengakuisisi 15% saham Chandra Asri pada Juli 2021. Mereka akan mulai mengembangkan situs petrokimia kedua pada 2022.

Kekayaan Prajogo Pangestu ditaksir hingga $5,4 miliar atau Rp77 triliun.

Chairul Tanjung

CT Corp milik Chairul Tanjung terkenal karena menerbitkan kartu kredit, mengoperasikan hypermarket dan menjalankan stasiun TV.

Trans Retail miliknya memiliki toko kelontong dengan merek Carrefour dan Transmart.

Kelompoknya juga menguasai waralaba Wendy's di Indonesia dan memiliki waralaba Versace, Mango dan Jimmy Choo.

Dia memiliki saham di maskapai nasional, Indonesia Garuda yang sedang bernegosiasi dengan kreditur untuk merestrukturisasi utang 10 miliar dolar.

Saham Allo Bank miliknya melonjak hampir 100 kali lipat pada tahun 2021 di tengah kegilaan perbankan digital di Indonesia.

Kekayaan ‘Si Anak Singkong’ ditaksir hingga $7,9 miliar atau Rp113 triliun.

doniBaca Juga: Resmi Jadi Tersangka, Doni Salmanan Terancam Dipenjara 20 Tahun

Susilo Wonowidjojo

Susilo Wonowidjojo dan keluarganya mendapatkan kekayaan mereka dari pembuat kretek publik Gudang Garam yang sukses memproduksi 90 miliar batang pada 2019.

Ayahnya, Surya, yang rupanya memulai bekerja di bisnis tembakau milik pamannya, mendirikan Gudang Garam pada tahun 1958.

Kakak laki-lakinya, Rachman Halim, mengambil alih seperempat abad kemudian, dan menjalankannya sampai kematiannya pada tahun 2008.

Susilo menjabat sebagai presiden direktur sejak 2009 dan adiknya Juni Setiawati adalah presiden komisaris.

Gudang Garam berekspansi ke bidang infrastruktur termasuk pembangunan dan pembangunan jalan tol pada 2019, serta membangun Bandara Dhoho di Kediri, Jawa Timur.

Kekayaan Bos Gudang Garam ditaksir hingga $4,8 miliar atau Rp68 triliun.

Boenjamin Setiawan & family

Boenjamin Setiawan seorang doktor di bidang farmakologi mendirikan Kalbe Farma di sebuah garasi pada tahun 1966 bersama lima saudara kandungnya.

Kalbe Farma kini menjadi perusahaan farmasi terbesar di Indonesia.

Perseroan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1991.

Setiawan dan saudara-saudaranya memiliki saham yang cukup besar.

"Dr. Boen," begitu ia akrab dipanggil, juga mengendalikan Mitra Keluarga yang sudah go public, yang mengoperasikan 25 rumah sakit.

Kekayaan Dr. Boen ditaksir hingga $4,2 miliar atau Rp60 triliun.

Baca Juga: Simak Biodata Indra Kenz yang Akhir-akhir Ini Viral Karena Kasus Investasi Bodong Binary Option Binomo

Jogi Hendra Atmadja & family

Jogi Hendra Atmadja adalah kepala grup Mayora, salah satu perusahaan makanan terbesar di Indonesia yang menjual kopi, sereal, permen, biskuit dan banyak lagi.

Grup Mayora menjual produk dalam berbagai merek yakni Kopiko, Danisa dan Roma di lebih dari 100 negara.

Keluarganya mulai membuat biskuit di rumah pada tahun 1948 dan secara resmi mendirikan grup Mayora pada tahun 1977.

Atmadja dan keluarganya memiliki saham pengendali di Mayora Indah yang diperdagangkan secara publik, perusahaan unggulan grup tersebut.

Kekayaan Jogi Hendra Atmadja & family ditaksir hingga $4,1 miliar atau Rp58 triliun.

Bachtiar Karim & Family

Dengan 2 saudaranya, Burhan dan Bahari, Bachtiar Karim menjalankan Musim Mas, sebuah perusahaan kelapa sawit terintegrasi dengan penjualan $6,9 miliar pada tahun 2020.

Almarhum ayahnya Anwar mendirikan Pabrik Sabun Nam Cheong pada tahun 1932.

Keluarga tersebut membuka kilang minyak sawit pertama di Indonesia pada tahun 1970.

Musim Mas secara resmi didirikan dua tahun kemudian.

Keluarga mendirikan pusat wirausaha di Universitas Sumatera Utara di Medan.

Karim membeli Royal Darby Park Executive Suites seharga $117 juta dari Royal Group milik miliarder Singapura Asok Hiranandani pada Oktober 2019.

Kekayaan Bachtiar Karim & family ditaksir hingga $3,5 miliar atau Rp50 triliun.***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: Forbes

Tags

Terkini

Terpopuler