Sebagai seorang politikus dari sayap kanan, Eliyahu telah lama dikenal karena sikapnya yang keras terhadap isu-isu Palestina dan pandangannya yang keras terhadap Islam.
Namun, pernyataannya yang mengusulkan penghapusan bulan Ramadhan telah mengundang kritik yang lebih tajam dari biasanya.
Kontroversi ini menyoroti kompleksitas politik dan agama di Timur Tengah, di mana konflik antara Israel dan Palestina seringkali terjalin dalam konteks budaya dan agama.
Banyak yang berasumsi jika pernyataan Eliyahu ini lantaran adanya kekhawatiran akan terjadi bentrok di wilayah Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Ketegangan ini dipicu oleh agresi yang terjadi di Jalur Gaza, yang telah menyebabkan lebih dari 30.400 korban tewas.
Salah satu titik fokus utama adalah kompleks Masjid Al Aqsa, yang sering menjadi pemicu konflik antara warga Israel dan Palestina selama bertahun-tahun.
Baca Juga: Keffiyeh Palestina Justru Laku di AS Sejak Perang Israel-Hamas, Padahal Jadi Incaran Islamophobia
Pada bulan Ramadan, kekhawatiran akan meningkat, terutama setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengeluarkan pembatasan bagi Muslim yang ingin berkunjung ke Masjid Al Aqsa dengan alasan keamanan.
Keputusan ini dapat memicu ketegangan lebih lanjut di wilayah tersebut. Kompleks Masjid Al Aqsa telah menjadi titik nyala ketegangan sejak lama.
Pada tahun 2000, kunjungan kontroversial oleh pemimpin oposisi Israel, Ariel Sharon, memicu kerusuhan berdarah di situs tersebut.