Serangan Mematikan Menghantam Rafah Menjelang Gencatan Senjata di Gaza

- 4 Februari 2024, 11:35 WIB
Israel melancarkan serangan besar-besaran di Jalur Gaza pada hari Sabtu, 3 Februari 2024, ketika kekhawatiran meningkat atas serangan ke Rafah.
Israel melancarkan serangan besar-besaran di Jalur Gaza pada hari Sabtu, 3 Februari 2024, ketika kekhawatiran meningkat atas serangan ke Rafah. /The Arab News

Pertempuran tersebut telah menghancurkan jalur pantai yang sempit, sementara pengepungan Israel mengakibatkan kekurangan makanan, air, bahan bakar dan obat-obatan.

Analisis gambar yang dirilis pada hari Jumat oleh pusat satelit PBB UNITAR berdasarkan rekaman yang dikumpulkan pada tanggal 6 dan 7 Januari menunjukkan sekitar 30 persen bangunan di Gaza telah terkena dampak perang.

Meningkatnya angka kematian warga sipil di Gaza, serta ketakutan di kalangan warga Israel atas nasib para sandera, telah memicu seruan gencatan senjata.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken akan melakukan perjalanan lagi ke Timur Tengah dalam beberapa hari mendatang untuk mendesak proposal baru yang melibatkan pembebasan sandera Israel dengan imbalan jeda pertempuran, kata Departemen Luar Negeri.

Blinken akan mengunjungi Qatar dan Mesir – yang menjadi mediator proposal tersebut – serta Israel, Tepi Barat yang diduduki dan Arab Saudi mulai Minggu, tambahnya.

Kunjungan tersebut – yang kelima sejak perang pecah – dilakukan setelah juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed Al-Ansari mengatakan ada harapan akan adanya 'kabar baik' mengenai penghentian baru pertempuran “dalam beberapa minggu ke depan.”

Ansari mengatakan proposal gencatan senjata yang diajukan di Paris telah disetujui oleh pihak Israel dan mendapat tanggapan awal yang “positif” dari Hamas juga.

Namun sebuah sumber yang dekat dengan Hamas mengatakan, "Belum ada kesepakatan mengenai kerangka perjanjian – faksi-faksi memiliki pengamatan penting – dan pernyataan Qatar terburu-buru dan tidak benar."

Sebuah sumber di Hamas mengatakan bahwa mereka telah diberikan sebuah rencana yang melibatkan jeda awal pertempuran selama enam minggu yang akan menghasilkan lebih banyak bantuan yang dikirim ke Gaza dan pertukaran sandera tertentu dari Israel dengan tahanan Palestina yang ditahan di Israel.

Para pemimpin Hamas dan sekutunya di Gaza, Jihad Islam, Ismail Haniyeh yang berbasis di Qatar dan Ziyad Al-Nakhalah, masing-masing membahas perkembangan terakhir dan mengatakan gencatan senjata di masa depan harus mengarah pada penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza, kata kantor Haniyeh.

Halaman:

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: The Arab News


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah