Menurut Ako, mereka tidak lagi dapat belajar atau mengekspresikan pikiran mereka secara bebas di universitas.
Ia juga berpikir bahwa pemerintah Jepang, universitas, dan orang-orang yang peduli harus lebih sadar akan keseriusan masalah ini.
“Saya pikir kita bisa melihat lebih banyak insiden seperti ini jika kita tidak menyuarakan protes secara internasional,” sambungnya.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak hanya di Indonesia, kebebasan berpendapat semakin menyusut, khususnya pada para mahasiswa yang telah mengumpulkan keberanian untuk menyebarkan pemikirannya melalui media sosial. ***