Diketahui pada April lalu, pemerintah Lebanon merekomendasikan agar silo itu dihancurkan.
Namun keluarga korban ledakan pelabuhan Beirut serta aktivis menolaknya karena silo tersebut dianggap sebagai saksi bisu dan peringatan terhadap peristiwa tragis pada dua tahun lalu.
Sementara itu, pejabat politik, keamanan, peradilan dan militer masih terus saling menyalahkan atas ledakan di pelabuhan Beirut.
Joanna Wronecka, selaku koordinator khusus PBB untuk Lebanon pun mengatakan bahwa tidak adanya kemajuan dalam langkah-langkah peradilan terkait dengan kasus ledakan pelabuhan Beirut, yang selanjutnya membuat sedih keluarga korban tewas dan terluka.***